Sri Indarsih (Foto: Ist/masalembo.com) |
Sekelumit tentang Dusun Seppong, secara geografis kampung tua ini berada di dataran tinggi sekira 800 meter dari permukaan laut (mdpl), 40 kilometer arah timur poros Majene- Mamuju, 106 kilomter dari kota Kabupaten Majene dan 89 kilometer dari Mamuju pusat pemerintahan Provinsi Sulbar.
Daerah ini mungkin tidak banyak dikenal orang, sesungguhnya punya sejarah cukup berarti bagi yang mengetahui. Disinilah hulu sebuah sungai besar, yang oleh banyak sejarawan disebut muasal nama Mandar, suku induk di Provinsi Sulawesi Barat.
Jika hendak menuju ke Seppong bisa dibilang bukanlah perkara mudah. Menapaki jalan berlumpur dan bebatuan ditambah medan yang menantang adalah harga yang harus dibayar jika berkeinginan merasakan sensasi dingin di kampung Lisuang Adaq (tempat pelantikan pemimpin adat) bagi komunitas masyarakat Ulumanda ini. Apalagi ketika musim penghujan seperti saat ini. Anda harusnya menyiapkan motor trail atau hartop dan siap-siap jalan kaki karena akan melintasi medan sulit. Jika bertahan di atas kendaraan sama saja dengan mempertaruhkan nyawa melintasi pengunungan.
"Mobilnya susah naik pak, apalagi kalau hujan, lebih baik pakai motor tapi harus berombongan agar nanti di jalan yang sulit bisa saling dorong," kata Muhlis, Camat Ulumanda, Minggu (4/2).
Dikatakan Muhlis, untuk dapat sampai ke Dusun Seppong, harus mengeluarkan ratusan bahkan jutaan rupiah. "Saya baru-baru dari sana. Kalau naik ojek kita sewa 300 ribu, sedangkan kalau hartop (ofroad) 3 juta, kita carter itu, pulang pergi," katanya.
Warga setempat Hartono bahkan mengatakan, tak jarang mereka harus mengangkut orang sakit dengan tandu ketika hendak berobat ke Puskesmas di pusat kecamatan. "Jenazah pun kami sudah sering angkut kesana, pakai tandu," ungkap Hartono.
Memang, Puskesmas terdekat bagi 6.000 lebih warga Kecamatan Ulumanda bagian pegunungan ini hanya ada di Kabiraan. Desa yang pernah menjadi pusat distrik Ulumanda ini berada sekitar 10 kilometer dari Poros Majene-Mamuju jalur barat Trans Sulawesi. Bagi warga Seppong sendiri, untuk sampai di Kabiraan, butuh perjalanan sekira 3-5 jam, tergantung kondisi cuaca. Jika musim penghujan tentu semua sulit, saat itulah orang lebih banyak memilih jalan kaki.
Baca juga, berita tentang Ulumanda:
Lagi, Warga Ulumanda ditandu Menuju Puskesmas
Potret Miris Warga Ulumanda, Ditandu Puluhan Kilometer untuk Berobat
Tak Mau Kehilangan Semangat Gotong Royong, Warga Ulumanda Bersihkan Jalan
Kembali ke soal Indar. Nama gadis muda ini menjadi marak diperbincangkan setidaknya oleh publik Sulbar khususnya Majene sejak terpilih menjadi satu dari lima duta Sulbar di ajang pencarian bakat Liga Dangdut Indonesia (LIDA) yang diselenggarakan salah satu stasiun televisi swasta nasional Indosiar. Banyak orang seolah tak percaya, tapi saat ini, sejumlah video dan foto telah diunggah para penggemar, sahabat dan keluarga ke jejaring sosial facebook, youtube dan instagram, hingga kini mulai viral dan disaksikan ribuan orang. Sayang sekali, karena ribuan keluarga di kampung tak dapat mengakses jaringan internet. Jangankan jaringan internet, singnal handphone saja tidak ada. Listrik PLN pun demikian. Yang ada hanya PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikro hydro), tentu saja terbatas.
Seperti apa sosok Sri Indarsih?
Gadis berbakat ini dikenal kawan-kawannya sebagai sosok yang kalem. Tetapi ada satu hal yang menarik dari Indar. Ia selalu punya kepercayaan diri hingga kini siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Malunda ini menjadi icon baru semangat pemuda di kampung halamannya. Hal itu ditandai dari sejumlah prestasi yang pernah ia capai. Ia pernah menyabet juara lomba nyanyi mulai dari tingkat kecamatan hingga kabupaten Majene. Indar pernah tiga kali keluar sebagai pemenang pertama lomba nyanyi HUT RI Kecamatan Ulumanda dan juara tingkat Kabupaten Majene.
"Sekarang dia bisa menjadi simbol perjuangan anak-anak muda pedalaman, bahwa berani berlomba itu suatu hal yang perlu ditunjukkan. Menang kalah itu soal kedua, tapi ini soal konfidensi Indar," kata Paharuddin, Kepala Desa Kabiraan Kecamatan Ulumanda.
Bagi Pak Udin, sapaan Paharuddin, Indar boleh jadi akan menjadi media untuk memperkenalkan Ulumanda ke ranah publik. "Bisa saja dia sebagai sarana untuk membangun kepercayaan diri anak-anak pelosok yang dari berbagai aspek tertinggal jauh dan terpinggirkan," tutur mantan aktivis Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Makassar ini.
Sri Indarsih bukanlah anak 'zaman now' yang lahir sebagai penikmat harta orang tua. Ayahnya hanyalah seorang petani desa bernama Abd. Majid (42) sedang ibunya Herni (33) sehari-hari beraktifitas menjual makanan ringan (snack) di kampung.
"Saya lahir di Seppong, di pegunungan Ulumanda," kata Indar dengan nada datar saat tampil di Mamuju, Jumat (2/2) pekan ini.
Ketika itu, ia menjawab pertanyaan presenter acara bertajuk "Sepanggung Bersama". Indar turut hadir kala itu bersama para duta Sulbar lainnya di ajang LIDA. Tampak tak ada beban sama sekali bagi Indar saat memperkenalkan diri dari pelosok desa nan jauh di sana. Seolah ada mimpi besar yang terpancar dari sinar mata gadis 17 tahun ini. Ia membawa dirinya tampil menghibur para pengunjung cafe dengan penuh percaya diri.
Dua lagu dinyanyikan sempurna,dan "Gula-gula" tembang milik Elvi Sukaesih yang pernah hits di tahun 1988 yang dinyanyikan Indar kala itu akhirnya sukses memukau para pengunjung cafe, tak terkecuali penonton di luar cafe. Bahkan diantara mereka tak bisa menahan diri bergoyang, setidaknya menggoyangkan kepala, bahkan suasana penuh histeria dengan gemuruh teriakan dan tepukan tangan. Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar pun yang hadir sebagai tamu istimewa malam itu tampak sumbringah turut menkmati irama musik dan suara menggelegar dari mulut Indarsih.
Taklukkan Ratusan Pesaing
Lolosnya Sri Indarsih sebagai duta Sulbar di ajang LIDA, bisa dibilang bukan perkara mudah. Ia telah melewati dua kali persaingan berat dari sejak audisi yang diikuti 400 orang lebih peserta, lalu tersaring menjadi 37 orang hingga akhirnya kini tersisa lima orang sebagai duta Sulbar yang akan tampil sepanggung di Studio V Indosiar 25 Februari bulan ini.
Kelima duta Sulbar itu masing-masing adalah Rahayu, Ansar Irama, Cici Gunarsih, Wulandari dan Sri Indarsih sendiri. Mereka inilah yang akan berebut satu tiket maju bertarung melawan duta-duta dari 34 provinsi seluruh Indonesia.
Anggota Tim Event Organizer (EO) LIDA Indosiar, Sisil mengatakan, ajang lomba tarik suara musik dangdut ini akan mencari juara provinsi melalui polling SMS. Satu peserta terbaik tiap provinsi berhak melaju ke putaran final dan bertemu dengan seluruh juara provinsi lainnya.
"Untuk pertama kalinya talenta-talenta dangdut terbaik dari 34 provinsi Indonesia akan berkompetisi dalam satu panggung," kata Sisil dalam siaran pers yang diterima masalembo.com belum lama ini.
Sesil menuturkan, selain beradu vocal, para duta provinsi juga akan memperkenalkan berbagai khasana budaya dan potensi pariwisata di tiap-tiap daerah.
Mohon Do'a dan Dukungan
Sebagai salah satu peserta yang optimis, Indar mengaku sudah siap tampil di panggung kebesaran Indosiar.
Dihubungi wartawan Minggu (4/2), ia mengatakan diri bangga menjadi duta Sulbar ke panggung nasional di bidang seni tarik suara. "Insya Allah, siap. Saya berharap dukungan dari seluruh warga Sulbar dengan cara ketik LIDA INDAR kirim ke 97288," tuturnya melalui telpon seluler, Minggu sore. (eg/har)
Tonton video Indar berikut ini: