Foto bersama usai Dialog Kebangsaan yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan NGO PAHAM di hotel Sajojo Mamasa. [Foto: Rahma/masalembo.com]
MAMASA, MASALEMBO.COM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Dialog Kebangsaan dengan tema "Pemenuhan Hak-Hak Penghayat Kepercayaan Ada' Mappurondo dan Masyarakat Adat" pada 14 September 2024 di Hotel Sajojo, Mamasa. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan NGO PAHAM sebagai panitia lokal.
Acara tersebut menghadirkan tiga calon Bupati Mamasa, yakni David Bamba Layuk, Andi Farida, dan Welem Sambolangi, yang menyatakan kesiapan mereka dalam mendukung pelestarian kebudayaan Mamasa, terutama memberi ruang partisipasi kepada kelompok penghayat kepercayaan dan masyarakat adat.
Kegiatan dibuka pukul 09.00 dengan penampilan tarian dari Sanggar Seni Lisuang Ada' Mambaca, yang membawakan tarian Pajongge’ dari Ba'bana Salumakanang, dikolaborasikan dengan seni Pamanca’.
Ketua panitia, Nurtahmidin, menyampaikan bahwa tujuan utama acara ini adalah mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan kebudayaan lokal, khususnya budaya Mappurondo dan masyarakat adat.
“Bagaimana kami berupaya agar pemerintah bisa juga memajukan kebudayaan yang ada di Mamasa dan ada ruang yang diberikan kepada kaum muda, khususnya para penghayat kepercayaan Mappurondo,” ujarnya.
Selain itu, para pemuda yang hadir juga memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Hesty, salah satu peserta, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada panitia atas terselenggaranya acara ini.
“Saya sangat mengapresiasi teman-teman panitia yang telah merancang kegiatan ini, karena sangat penting bagi kami, khususnya generasi muda,” kata Hesty.
Ia juga menyoroti komitmen ketiga calon bupati dalam membangun keadilan dan kesetaraan pelayanan kepada masyarakat, termasuk penghayat kepercayaan.
“Saya sangat mengapresiasi para calon Bupati Mamasa yang satu suara dalam kerinduan mereka untuk membangun keadilan atau kesetaraan pelayanan kepada masyarakat, terutama kepada saudara/i kita penghayat kepercayaan,” lanjut Hesty.
Para pemuda Mamasa berharap, seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah dapat terus memperhatikan budaya lokal agar tidak hilang atau dilupakan begitu saja. (Rah/red)