-->

Hot News

Menjadi Pemilih Cerdas, Kunci Sukses Pilkada yang Berkualitas

By On Sabtu, September 07, 2024

Sabtu, September 07, 2024

Wahyu Yusuf S.Sos, M.AP (civil society).


PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) adalah momen penting dalam demokrasi yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi aktif dalam memilih pemimpin mereka. Di balik euforia kampanye dan janji-janji politik, ada peran penting bagi pemilih untuk lebih dari sekadar memilih—yaitu, menjadi pemilih yang cerdas.

Pilkada merupakan arena bagi partai politik dan kandidat untuk memaparkan program dan visi mereka kepada masyarakat, dengan tujuan meyakinkan bahwa mereka adalah pilihan terbaik untuk memimpin daerah. Selain itu, Pilkada menjadi kesempatan bagi warga untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu memperjuangkan kepentingan daerah. Ini sering kali menyebabkan peningkatan partisipasi masyarakat, terutama di daerah yang persaingan politiknya ketat.

Namun, sayangnya, Pilkada sering kali diwarnai oleh praktik politik yang tidak sehat, seperti politik uang, kekerasan, dan intimidasi terhadap lawan politik. Oleh karena itu, pengawasan yang ketat dan efektif sangat diperlukan untuk memastikan bahwa Pilkada berlangsung dengan fair dan demokratis.

Menjadi pemilih cerdas berarti lebih dari sekadar memberikan suara; ini melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap visi, misi, dan gagasan calon pemimpin. Di era modern ini, masyarakat yang cerdas lebih cenderung memilih pemimpin dengan visi yang jelas untuk kemajuan daerah. Kabupaten Majene, yang akan segera mengadakan Pilkada, menjadi contoh di mana pemilih harus benar-benar selektif dalam menilai visi dan misi kandidat yang berlaga.

Dalam konteks ini, terdapat dua pasangan calon yang akan bertarung di Majene: Andi Achmad Syukri Tammalele yang berpasangan dengan Andi Rita Mariani, dan Arismunandar Katta yang berpasangan dengan Adi Ahsan. Dengan jumlah pemilih sebanyak 126.629 orang, penting bagi warga Majene untuk menilai siapa yang paling layak memimpin dengan melihat program kerja dan visi misi yang ditawarkan.

Secara teoritis, ada tiga indikator utama dalam mengukur tingkat demokrasi: (1) adanya kontestasi yang nyata tanpa tekanan atau kekerasan, (2) partisipasi pemilih dalam konteks yang luas, dan (3) kebebasan sipil dan politik yang kondusif untuk menciptakan kontestasi dan partisipasi politik yang bebas.

Pilkada bukan hanya tentang strategi, tetapi juga tentang taktik dalam menghadapi tantangan daerah, seperti masalah pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah harus hadir di tengah masyarakat untuk memberikan dampak positif, terutama dalam era reformasi yang menuntut pemerintahan yang lebih profesional, akuntabel, transparan, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Sebagai kunci pembangunan daerah, kepala daerah harus mampu mengarahkan pembangunan ke arah yang lebih baik. Warga berhak merasakan perkembangan yang signifikan dalam lima tahun kepemimpinan. Jika tidak, peran kepala daerah sebagai pemimpin patut dipertanyakan.

Pemilih juga perlu belajar dari Pilkada sebelumnya untuk memilih pemimpin yang tepat. Menjadi pemilih yang cerdas adalah kunci untuk memastikan bahwa Pilkada tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga bermakna bagi kemajuan daerah.

Berikut lima tips untuk menjadi pemilih cerdas:

1. Gunakan hak pilih Anda. Satu suara sangat berarti bagi terpilihnya calon yang baik.
2. Cermati visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan oleh calon.
3. Perhatikan apakah calon lebih banyak mendengarkan keluhan masyarakat.
4. Selidiki moral dan etika calon, termasuk apakah mereka pernah terlibat dalam masalah hukum seperti korupsi.
5. Cermati hal-hal teknis dalam pemilihan, seperti cara menyoblos yang benar.

Dengan memahami visi dan misi calon kepala daerah, pemilih di Kabupaten Majene harus mampu menilai program kerja yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kolaborasi ide dan gagasan antara calon pemimpin dan pemilih adalah kunci untuk menghasilkan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan. Karena, pada akhirnya, memilih pemimpin harus berdasarkan pembuktian, bukan sekadar kata-kata. (*)

comments
close
Banner iklan disini