Kegitan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar yang diselenggarakan Mafindo di Aula Lecture Theater Unsulbar, Minggu 11 Agustus 2024. [Foto: Irwan Fals/masalembo.com]
MAJENE, MASALEMBO.COM - Menyambut Pilkada Serentak 2024, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Sulawesi Barat berkolaborasi dengan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) menggelar Sekolah Kebangsaan Tular Nalar. Acara yang diselenggarakan di Aula Lecture Theater Unsulbar, Minggu (11/8/2024) ini berhasil menarik perhatian ratusan pemilih pemula.
Program ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan Pilkada dengan membekali para peserta pengetahuan politik, demokrasi, dan keterampilan mengenali serta menghindari hoaks. "Ini upaya memberikan edukasi politik, meningkatkan kualitas Pilkada, supaya pemuda itu mengambil peran dalam Pilkada," ujar Dedi Aswan, Koordinator Wilayah Mafindo Sulbar.
Peserta diperkenalkan dengan berbagai tools pencegahan hoaks, memberikan mereka 'senjata' untuk mengidentifikasi dan mencegah penyebaran informasi palsu di media sosial.
Nila Adriani, salah satu peserta, mengungkapkan manfaat besar yang ia peroleh dari program ini. "Setelah mengikuti kegiatan ini, banyak ilmu yang bisa kami dapatkan. Termasuk bagaimana kami Gen Z dapat informasi yang riil dan akurat sehingga bisa menghindari informasi hoaks yang beredar," tuturnya.
Tular Nalar sendiri merupakan inisiatif Mafindo yang didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana. Program ini telah berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir, fokus pada pemilih pemula, pra-lansia, dan lansia.
Sebagai organisasi nirlaba yang berdedikasi memerangi misinformasi, Mafindo telah memiliki lebih dari 95.000 anggota online dan 1.000 sukarelawan sejak pendiriannya pada 2016. Dengan 20 kantor tersebar di seluruh Indonesia, Mafindo aktif dalam berbagai bidang termasuk pencegahan hoaks, edukasi publik, advokasi, hingga pengembangan teknologi anti-hoaks.
Inisiatif ini menunjukkan langkah konkret dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan era digital, khususnya dalam konteks pemilihan umum. Dengan membekali pemilih pemula kemampuan berpikir kritis dan literasi digital, diharapkan kualitas demokrasi di Indonesia akan terus meningkat. (Wan/red)