-->

Hot News

Tim PKM MIPA Unsulbar Ajari Warga Bababulo Cara Deteksi Formalin Pada Makanan

By On Rabu, Juni 12, 2024

Rabu, Juni 12, 2024


Tim PKM FMIPA Unsulbar saat mendemonstrasikan cara mendeteksi formalin dengan ekstrak buah naga. [Foto: Musafira, S.Si., M.Sc]


MAJENE, MASALEMBO.COM - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sulawesi Barat menggelar  kegiatan edukasi Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Naga untuk mendetiksi formalin pada makanan. Kegiatan ini digelar pada Selasa (11/6/2024) di Desa Bababulo, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. 

Tim PKM dari FMIPA Universitas Sulawesi Barat, terdiri dari Musafira, S.Si., M.Sc., Fardinah, S.Si., M.Sc., Meryta F.F., S.Si., M.Sc serta lima orang mahasiswa Unsulbar. Mereka melakukan edukasi ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan. 


Tim PKM FMIPA Unsulbar saat menyampaikan materi cara mendeteksi formalin dengan ekstrak buah naga. [Foto: Musafira, S.Si., M.Sc]


Dalam kegiatan ini, masyarakat diajarkan cara mudah dan murah untuk mendeteksi adanya kandungan formalin dalam makanan menggunakan ekstrak kulit buah naga.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat tentang cara mendeteksi kandungan formalin pada makanan dengan menggunakan limbah kulit buah naga," kata Musafira, S.Si., M.Sc.

Dijelaskan Musafira, formalin atau formaldehida sering digunakan sebagai pengawet pada produk industri dan kesehatan, namun penggunaannya pada makanan sangat berbahaya dan ilegal karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi, gangguan pernapasan, bahkan kanker. 

"Oleh karena itu, deteksi dini adanya formalin dalam makanan sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat," ujarnya.

Tim PKM FMIPA Unsulbar saat mendemonstrasikan cara mendeteksi formalin dengan ekstrak buah naga. [Foto: Musafira, S.Si., M.Sc]


Kegiatan edukasi ini dihadiri oleh sekitar 28 warga Desa Bababulo yang antusias untuk belajar. Di awal kegiatan, Ibu Fardinah, S.Si., M.Sc membuka acara dengan pengantar mengenai pentingnya deteksi formalin dalam makanan untuk kesehatan masyarakat dan menekankan pentingnya pemanfaatan limbah kulit buah naga sebagai solusi inovatif dan ramah lingkungan. Sesi demonstrasi dipimpin oleh Musafira, S.Si., M.Sc yang dibantu oleh Meryta Febrilian Fatimah, S.Si., M.Sc dan mahasiswa.

Demonstrasi menunjukkan perbedaan yang jelas antara tahu yang mengandung formalin dan yang tidak. Tahu yang mengandung formalin menunjukkan perubahan warna mencolok saat dicampur dengan ekstrak kulit buah naga, sementara tahu yang bebas formalin tidak mengalami perubahan warna. Peserta sangat antusias memperhatikan setiap langkah yang dilakukan dan aktif bertanya mengenai detail proses dan cara aplikasi metode ini dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, peserta juga diberi kesempatan untuk mencoba sendiri proses deteksi ini dengan bimbingan dari tim pengabdian. Antusiasme dan partisipasi aktif dari peserta menunjukkan tingginya minat mereka terhadap metode ini dan pentingnya deteksi formalin dalam makanan sehari-hari.

Proses deteksi menggunakan ekstrak kulit buah naga sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja di rumah. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Ambil kulit buah naga dan cuci bersih.

2. Tumbuk atau blender kulit buah naga hingga halus.

3. Tambahkan sedikit air dan saring untuk mendapatkan ekstraknya.

4. Teteskan ekstrak kulit buah naga pada sampel makanan yang ingin diuji.

5. Amati perubahan warna. Jika terdapat formalin, warna ekstrak akan berubah, menandakan adanya kontaminasi formalin pada makanan tersebut.

Tim PKM FMIPA Unsulbar berfoto bersama dengan peserta edukasi cara mendeteksi formalin dengan ekstrak buah naga. [Foto: Musafira, S.Si., M.Sc]


Kegiatan edukasi yang digelar Tim PKM FMIPA Unsulbar berjalan dengan sukses dan berhasil mencapai tujuannya. Masyarakat Desa Bababulo mendapatkan pengetahuan baru yang berguna tentang cara mendeteksi formalin menggunakan limbah kulit buah naga, yang tidak hanya efektif tetapi juga mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

"Respon positif dari peserta menunjukkan keberhasilan kegiatan ini dalam memberikan edukasi yang bermanfaat dan relevan," ungkap Musafira.

Ia berharap, kulit buah naga yang biasanya hanya dianggap sebagai limbah, namun memiliki potensi besar dalam mendeteksi formalin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencegah bahaya formalin. Ekstrak kulit buah naga kata dia, dapat bereaksi dengan formalin dan menghasilkan perubahan warna yang signifikan. Metode ini tidak hanya mudah dan murah, tetapi juga ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah buah yang biasanya tidak terpakai. (Adv)




comments