Makam Tuang di Bulo-bulo, Tutar, Polewali Mandar, 3 Februari 2024. (Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin)
Penulis: Muhammad Ridwan Alimuddin
FEBRUARI 2024 ini saya melakukan perjalanan menggunakan sepeda di pedalaman Mandar, yakni di wilayah Tuqbi Taramanu dan Ulumandaq. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut adalah bisa mengetahui dugaan jalur masuknya Islam ke pedalaman Mandar.
Islam ke daerah Pitu Ulunna Salu diperkirakan terjadi antara antara 1630-1700 di Aralle, Mambi, Salurindu, dan Rantebulahang. Diduga, mula pertama agama dibawa oleh penduduk setempat yang pergi ke daerah Balanipa mencari garam, kelapa, minyak kelapa, dan alat-alat pertanian.
Suatu waktu Indona Aralle dan Indona Rantebulahan (Deppataji) mengajak Indona Tabulahan (Dettumanan) dan Indona Bambang (Puaq Tammi) mempelajari dan masuk agama Islam. Ajakan itu berhasil baik. Demikian informasi dalam makalah “Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Wilayah Pitu Ulunna Salu” karya Hindar Jannang (1995).
Situs berkaitan Islam di pedalaman Mandar di kawasan Pitu Ulunna Salu dan sekitarnya, misalnya Ulumandaq, terhitung sedikit dibanding dengan yang ada di pesisir.
Salah satu yang saya lewati di perjalanan yang saya beri nama Ekspedisi Ulumandaq ini adalah makam Tuang di Bulo-bulu, yang terletak di kampung Bulo-bulo, antara Besoanging dengan Tibung, 2 Februari 2024 lalu.
Dalam buku “Pendekatan Budaya Mandar” karya Ibrahim Abbas (1999), Tuang di Bulo-bulo adalah penganjur agama Islam periode awal di daerah Sendana. Murid dan pembantu Saiyyid Zakaria. Menyebarkan agama Islam ke wilayah Pitu Ulunna Salu. Tatkala menyebarkan agama Islam ke wilayah tersebut, Indo Kadaneneq yang pertama-tama masuk Islam. Indo Kadaneneq, setelah meninggal dunia bergelar “Todilamung Sallang” atau orang yang dimakamkan Secara Islam.
Ada perbedaan tentang Todilamung Sallang dalam makalah Hindar Jannang. Di situ disebut sebagai nama atau gelar Daeng Mappali setelah meninggal dunia. Daeng Mappali merupakan cucu Indo Kadaneneq di Aralle yang dikenal sebagai orang pertama yang menganut agama Islam di Aralle.
Adapun Syekh Zakaria adalah pembawa Islam ke Kerajaan Pamboang. Diperkirakan pada tahun 1665. Bergelar Puang Disomba yang berasal dari Magribi jazirah Arab. Raja Pamboang masa itu, I Salarang I Daeng Mallari bergelar Tomatindo Diagamana (La Salaga, yang juga merangkap/pernah jadi raja Kerajaan Mamuju). Dia kawin dengan Puatta Boqdi putri Raja Pamboang yang bergelar Tomecipoq atau orang yang bermukenah.
Syekh Zakaria dimakamkan di Somba, Sendana. Diperkirakan bersama Raden Suryodilogo (ada juga yang menulis Raden Surya Adilogo) I Kapuang Jawa berlayar dari Tanah Jawa langsung ke pelabuhan Pamboang.
I Kapuang Jawa adalah penganjur agama Islam periode awal masuknya Islam di Mamuju, Tappalang, Sendana, dan Pamboang. Menurut cerita rakyat ia adalah anak buah Sunan Bonang yang datang ke Kalimantan, kemudian melanjutkan perjalanan ke Sulawesi, mendarat di Mamuju. Informasi ini bersumber dari Inventarisasi, Transkripsi, Penerjemahan dan Penulisan Latar Belakang Isi Naskah Kuno/Lontar Mandar Daerah Sulawesi Selatan, yang dikerjakan Suradi Yasil dan kawan-kawan pada 1984.
Situs Islam lain yang ada di pedalaman adalah “Kuqbuq Tosalamaq” ‘Makam Orang yang Selamat’ di Matangnga. Diyakini sebagai makam penganjur agama Islam di kawasan tersebut. Dianggap keramat dan dipuja oleh anggota masyarakat setempat. “Dikisahkan oleh orang-orang tua, ratusan tahun lalu ada dua orang penganjur agama Islam yang masuk ke daerah Matangnga. Beberapa waktu kemudian salah seorang kembali ke daerahnya, sementara seorang lagi tetap tinggal di Matangnga meneruskan misi agamanya sampai meninggal dunia di sana,” tulis Hindar Jannang dalam makalahnya.
“Kuqbuq Tosalamaq” ada juga di Talipukki, kampung yang terletak antara perbatasan Ulumandaq dengan Mambi. Juga dipercaya sebagai makam penganjur agama Islam. Gelar lainnya Todilamung di Talipukki.
Kemungkinan makam ini juga yang dimaksud sebagai makam tua di Talipukki, yang dikutip Suradi Yasil dalam Ensiklopedi Mandar dari Harian Pedoman Rakyat, 29 Juni 1996, “Makam ini terletak di tengah hutan belantara tidak jauh dari Kampung Galung, Kelurahan Talipukki, Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa. Menurut cerita rakyat setempat, dua buah makam tua tersebut adalah makam penganjur agama Islam (diperkirakan periode awal masuknya agama Islam) di wilayah Pitu Ulunna Salu bernama Muhammad Ali bersama anaknya. Ketika meninggal dunia dan dimakamkan, mayat Muhammad Ali menghilang. Hanya kain kafan yang dimasukkan ke dalam liang lahat.” (*)
Bersambung.