KENDARI, MASALEMBO.COM - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Sulawesi Tenggara yang diketuai Anton Timbang mengikuti rapat bersama Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam membahas langkah konkret pengendalian inflasi di daerah tahun 2023.
Dalam rapat yang diselenggarakan melalui zoom, Tito Karnavian menyebut inflasi yang terjadi sampai saat ini sebagai dampak dari pandemi covid 19 yang terjadi kurang lebih tiga tahun sejak 2019 hingga tahun 2022.
"Dampak dari Covid-19 ini luar biasa. Seluruh aktifitas tergganggu dan sebagian berhenti. Hal ini menyebabkan keterpurukan ekonomi baik ditingkat petani, nelayan, pedagang sampai pada industri dan pabrik," ungkap Tito.
Oleh karena itu, Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia ini meminta kepada seluruh jajaran yang terkait di daerah untuk fokus mengendalikan inflasi. Ditambah lagi dengan adanya suhu ekstrim yang mengancam beberapa negara termasuk indonesia yakni Elnino dan Lanina.
Disebutkan Tito, inflasi setiap daerah berbeda-beda di seluruh indonesia. Namun secara umum hampir terjadi inflasi semua bahan pokok khususnya beras, telur, bawang merah, cabai merah dan daging ayam ras.
Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yakni perbaikan infrastruktur pertanian juga infrastruktur jalan baik jalan propinsi, kabupaten kota maupun akses jalan ke lokasi sentra-sentra produksi dan pemasaran.
"Olehnya itu bapak presiden Joko Widodo selalu turun ke daerah-daerah untuk memastikan infrastruktur jalan sebagai sarana transportasi masyarakat berfungsi dengan baik. Dan setiap kunjungan beliau ke daerah beliau pasti masuk pasar untuk memastikan secara langsung harga-harga kebutuhan berada dalam keadaan normal," tutur Tito Karnavian.
Menanggapi hal itu, Ketua Kadin Sultra, Anton Timbang mengatakan inflasi bukanlah sesuatu hal yang harus dihilangkan, tetapi inflasi adalah sesuatu yang harus dikendalikan.
"Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga ketersediaan barang yang cukup serta memastikan distribusi barang yang lebih lancar," jelas Anton Timbang.
Anton Timbang menuturkan inflasi di Sultra saat ini sekitar 5,30%. Hal ini kata Ketua Ikatan Motor Indonesia Sultra ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti transportasi, makanan dan minuman.
"Inflasi pada dasarnya disebabkan tingginya permintaan dan stok terbatas pada sisi konsumen inflasi dapat menyebabkan menurunnya daya beli tapi pada sisi produsen inflasi merupakan berkah karena mereka mendapatkan harga jual yang lebih tinggi," urainya.
Dengan begitu lanjut Anton, Kadin Sultra akan terus berupaya atau menyegerakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong atau lahan pekarangan agar lebih produktif.
Hal itu dilakukan dengan Kerjasama Antara Daerah (KAD) bersama daerah produsen untuk memastikan ketersediaan barang yang dibutuhkan. Lalu melakukan operasi pasar atau sidak untuk memastikan tidak terjadi upaya menahan barang oleh pedagang besar atau distributor.
"Dan terakhir melaksanakan pasar murah. Tujuannya disamping membantu masyarakat yang kurang mampu juga sebagai acuan agar pedagang tidak menaikkan harga tanpa aturan," tutup Anton Timbang. (Rey)