Warga suku Mandar di Polman, Sulbar berziarah ke makam ulama dengan delman atau bendi. [Asrianto/masalembo.com] |
POLEWALI, MASALEMBO.COM - Warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat mempunyai tradisi unik menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Mereka naik bendi atau delman untuk berziarah ke makam para wali dan ulama penyebar agama Islam di tanah Mandar. Tradisi ini dilakukan oleh warga suku Mandar secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Konvoi dimulai dari Masjid Raya Tinambung lalu menempuh perjalan sejauh 20 kilometer menuju makam ulama di wilayah Kecamatan Balanipa dan Campalagian. Makam ulama yang didatangi diantaranya KH Muhammad Saleh di Pambusuang, Pekuburan Ko'bah Pambusuang, KH Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan Imam Lapeo, makam Al Habib Alwi bin Abdillah Jamalullail dan Habib Jafar bin Toha Al Mahdali yang terletak di desa Bonde' Campalagian.
Didepan makam ulama, warga membaca ayat suci Al Quran lalu melantunkan doa dan dzikir. Warga percaya ziarah makam ulama dapat membawa berkah selama menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Wisata religi ini dilakukan warga setiap tahun saat menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan ini telah menjadi tradisi telah dilakukan warga suku Mandar secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu.
Tokoh ulama Ustad Radi Rahman mengatakan, wisata religi ini setiap tahun digelar dengan tujuan ingin mengambil berkah agar semua umat muslim tetap sehat menjalankan ibadah bulan suci Ramadhan. Tujuan dari ziarah makam ulama ini sebagai wujud syukur warga suku Mandar, untuk menghargai para ulama terdahulu yang telah menyebarkan agama Islam di tanah Mandar pada abad 18.
"Tiap tahun kita gelar jelang Ramadhan. Ini kita memohon keberkahan kepada Allah SWT agar kita senantiasa diberi kesehatan menjalankan ibadah puasa," kata Radi Rahman.
Sementara, Ketua Panitia, Saba Hannur Arifin mengatakan, jumlah peserta bendi religi ini lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan hampir punahnya bendi yang terus tergerus oleh zaman. Pihak panitia sengaja memilih alat transportasi bendi ini untuk menjaga kearifan lokal agar alat trasnportasi tradisonal ini tetap lestari di tengah munculnya gempuran alat transportasi moderen.
"Semoga tahun depan kita kembali dapat laksanakan dengan lebih meriah lagi," pungkasnya. (Ant/Red)