MASALEMBO.COM, SUMENEP- Selama 10 tahun terakhir batik khas Kabupaten Sumenep bermotif Beddei sempat mati suri bahkan hampir hilang dari perdaban karena sekian lama tidak produksi.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir terdapat secercah harapan yang menjadi momentum dari kebangkitan jenis batik warisan leluhur orang Sumenep tersebut.
"Sekitar 10 tahunan banyak yang berhenti karena merugi, puncaknya 6 tahun terakhir," kata Dauli salah satu seorang pembatik jenis beddey. Senin 28/02/2023
Momen kebangkitan tersebut ialah program pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Pemkab Sumenep. Dimana dalam program itu Pemkab Sumenep mendahulukan produk UMKM lokal dalam pemenuhan kebutuhan daerah.
Salah satunya adalah kebutuhan seragam Aparat Sipil Negara (ASN) yang selama ini dipenuhi oleh produk batik luar Kabupaten Sumenep. Tapi kali ini berbeda produk batik lokal seperti "Beddei" yang akan menjadi seragam ASN dilingkungan Pemkab Sumenep.
Hal ini tentu merupakan komitmen nyata Bupati Achmad Fauzi dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis lokal wisdom.
"Masyarakat disini sudah membatik puluhan tahun secara turun temurun sejak nenek moyang, " ujarnya
Dauli melanjutkan, sebelum adanya program pemberdayaan batik beddey oleh Pemkab Sumenep. Banyak pembatik yang fakum bahkan meninggalkan profesinya karena sepi pesanan dan harga yang tidak ekonomis.
Tapi semenjak program pemberdayaan ini berjalan geliat pembatik meningkat dan pembatik yang sebelumnya fakum kembali lagi membatik.
"Alhamdulillah sekarang semakin banyak pembatik, berkat program pemberdayaan bupati ini, " terangnya
Ditambah lewat program ini kata Dauli manyasarakat merasakan betul dampaknya. Bagaimana tidak batik beddei yang selama ini dihargai rendah oleh pengusaha dengan keuntungan minim, lewat program ini pembatik dan pelaku UMKM dapat menentukan sendiri lewat musyawarah dan terus mengalami kenaikan.
"Dulu harga sekitar Rp 30 ribu naik menjadi Rp 60 ribu dan tidak ada kenaikan lagi. Sekarang berkat bapak Bupati harga Rp 130 ribu hingga Rp 135 ribu," ungkapnya
Makanya pelaku UMKM dan pembatik beddei di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto berharap program ini dapat dijalankan dalam jangka panjang.
Sebab jika program pemberdayaan semacam ini dihentikan, akan banyak masyarakat utamanya pembatik akan kehilangan pekerjaan.
"Mudah-mudahan program ini terus berlanjut hingga anak cucu," harapnya. (TH/Red)