Seorang Ibu pembatik di Pakandangan Barat saat melakukan lorot salah satu proses pembuatan batik. [Foto: Khairullah Thofu]
MASALEMBO.COM, SUMENEP- Program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik tulis di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Mampu mendongkrak perekonomian pembatik.
Menurut salah seorang pelaku UMKM Dauli mengatakan, pendapatan usaha batiknya mengalami peningkatan yang signifikan sejak Pemkab Sumenep melakukan program pemberdayaan didaerahnya Pakandangan, Kecamatan Bluto.
Jika di rata-rata sebelum adanya program pemberdayaan tersebut, pembatik jenis beddei hanya mendapatkan rata-rata upah sebesar Rp 1, 200 sampai Rp 2,000 perpotong. Tapi saat ini Rp 8,000 hingga Rp 12,00 dalam satu lembar kain batik.
"Dulu keuntungan satu box yang berisi 15 lembar kain batik hanya Rp 20,000, sekarang hampir menyentuh Rp 450,000," ungkapnya. Senin 27/02/2023.
Belum lagi keuntungan lainnya yang didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM dari murahnya biaya produksi. Tidak hanya itu bahan-bahan produksi untuk pembuatan batik sangat mudah didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM.
Hal itu tidak terlepas dari adanya koperasi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam program pemberdayaan pembatik oleh Pemkab Sumenep. Keuntungan lainnya pembatik dan pelaku UMKM saat ini tidak lagi kesulitan dalam memasarkan produknya.
"Bersyukur sekali adanya program ini, pendapatan dan ekonomi masyarakat terutama pembatik dan pelaku UMKM bertambah," ujarnya
Sebab menurutnya, Pemkab Sumenep sudah memberdayakan lewat program pengadaan seragam batik untuk ASN sebagai wujud dari kebijakan yang berbasis terhadap lokal wisdom.
Berdasarkan data jika di rata-rata pendapatan pelaku UMKM setiap minggunya sejak program ini diluncurkan sebesarkan Rp 1,5000, 000, jika dikalkusi dalam satu bulan pendapatannya berada diangkat Rp 6,000,000 sudah tiga kali lipat Upah Minum Kabupaten (UMK) Kabupaten Sumenep.
Kondisi tersebut, kemudian berdampak terhadap meningkatnya geliat pembatik untuk kembali berkarya. Selain itu peningkatan ekonomi juga mampu menekan transmigrasi masyarakat di Desa Pakandangan Barat keluar daerah.
"Kalau merugi pasti ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi karena untung besar banyak pembatik yang sebelumnya fakum kembali membatik," jelasnya
Dauli dan masyarakat pembatik di Pakondang Barat Kecamatan Bluto, berharap warisan bnenek moyangnya berupa batik beddey ini tetap bertahan tidak lekang dimakan zaman.
Akar masalahnya selama ini adalah harga pasar batik beddey yang sangat rendah dipasaran. Dengan adanya perhatian pemerintah melalui program pemberdayaan masalah tersebut teratasi.
"Dulu sangat macet karena memang merugi tidak sesuai dengan biaya produksi," ungkapnya
Hingga membuat banyak anak muda tidak lagi enggan untuk membatik. Makanya Dauli berharap program pemberdayaan UMKM batik tersebut, dapat dilanjutkan dalam jangka panjang. Sehingga dapat menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat setempat.
"Semoga programnya dapat dilanjutkan karena memang masyarakat sangat merasakan betul dampaknya," harapnya. (TH/Red)