MAMUJU, MASALEMBO.COM - Dalam tradisi politik kita, momen 100 hari kerja biasanya digunakan sebagai observasi awal suatu pemerintahan bisa dikatakan berhasil atau tidak. Memang tidak bisa dijadikan sebuah ukuran pasti, namun pada momen 100 hari kerja biasanya indikasi itu sudah tampak.
Kepemimpinan Siti Sutinah Suhardi (Tina) dan Ado Mas'ud (Ado) sebagai Bupati dan Wakil Bupati Mamuju telah memasuki usia 100 hari kerja. Dan, tampaknya apa yang dikerjakannya tak semanis yang dijanjikannya dulu dan tak sekeren janji politik.
Dari kacamata warga Mamuju Agus mengatakan bahwa 100 hari kerja akan dijadikan evaluasi untuk melihat janji kampanye terlaksana atau tidak. Sayangnya, realisasi janji kampanye Tina-Ado dinilai kurang memuaskan.
Hal itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang digulirkan oleh Bupati Mamuju itu yang banyak meleset dari apa yang dijanjikannya. Misalnya, kesejahteraan para tenaga honorer yang akhirnya dikurangi, perbaikan infrastruktur, tatanan kota dan lainnya.
Kemudian terkait tagline "KEREN" yang dijagokan sebagai program unggulan yang kesemuanya itu belum tercapai.
Saat kampanye Tina-Ado menjanjikan satu desa disediakan satu mobil ambulance. Katanya itu sebagai bentuk keberpihakkannya pada masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang sakit dan cepat tertangani medis.
Namun faktanya tidak semanis itu dan tak lain adalah sebagai pantun menina bobokan masyarakat.
Kemudian, kinerja Tina-Ado pasca Mamuju diguncang gempa dinilai lamban. Seperti kepedulian dalam menangani penyintas gempa terkait penyaluran Dana Tunggu Hasil (DTH) dan dana bantuan bagi rumah rusak berat, menengah dan ringan. Bahkan dari data yang dibuat Pemda Mamuju dinilainya sangat amburadul.
Pasca gempa, bupati dan wakil bupati katanya mengutamakan persoalan tersebut. Namun lagi-lagi tidak signifikan.
Pelayanan umum (kantor bupati) dialihkan ke Sapota. Bupati dan wakilnya tidak berpikir jauh untuk masyarakat dalam membutuhkan pelayaanan. Lokasi tersebut hanya terbilang dapat dijangkau bagi mereka atau kendaraan yang kuat tanjakan.
Kemudian bagaimana mereka yang kendaraannya tidak kuat ? "Ini yang tidak dipikirkan," katanya.
Apa salahnya Bupati membangun tenda darurat sementara dilokasi kantor bupati demi pelayanan ke masyarakat atau ditempat yang bisa dijangkau.
Selain itu, terkait masalah banjir sejauh ini juga belum ada upaya yang tepat untuk menanganinya. Mengingat beberapa waktu lalu, beberapa wilayah masih banjir. Bahkan terkesan lamban dalam menanganinya.
Selanjutnya, selama kepemimpinan Tina-Ado, malasnya berkantor para kepala OPD. Beda jauh dari kepemimpinan sebelumnya (Habsi-Irwan). Ada sanksi tersendiri bagi OPD yang malas berkantor.
"Tak hanya itu, bila diamati sejauh ini ada program subuh berjamaah pada bupati sebelumnya dalam memerintah Mamuju ini yang tidak dilanjutkan, padahal kebijakan yang sudah diputuskan sebelumnya itu sangat bermanfaat besar bagi penduduk di Mamuju, yakni pendekatan manusia pada Tuhan sesuai sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Namun beda kepemimpinan beda pula program yang dicanangkan," pungkasnya.
"Tentunya kita berharap ada perubahan bagi wajah Mamuju kedepannya dibawah kepemimpinan Tina-Ado," tutupnya. Minggu (13/6/2021).
Sementara warga Mamuju lainnya, Hj. Wati menyebut, proses kepemimpinan Tina-Ado baru dimulai, tentunya sebagai warga Mamuju mesti turut membantu apa yang menjadi program bupati dan wakil bupati sekarang.
Memang tidak mudah membalikkan telapak tangan dalam mewujudkan apa yang dijanjikan tapi setidaknya ada yang dilakukan walau tak signifikan.
Disisi lain persoalan pandemi Covid-19 yang banyak membutuhkan anggaran. Tentunya, porsi ini yang mesti dikerjalan dulu demi Mamuju bebas Covid-19.
"Mari kita bersama-sama bahu membahu merubah sedikit demi sedikit wajah Mamuju. Tanpa kerjasama kita susah mewujudkannya," pungkasnya. (fad/red)