Foto: Kegiatan Audiensi
SUMENEP, MASALEMBO.COM - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Advokasi Masyarakat (FAM) Kabupaten Sumenep tidak menyangka dan sesalkan ucapan tidak pantas yang dilontarkan Kepala Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep pada hari Rabu tangal 30 Desember 2020.
Ucapatn tidak pantas itu, dilontarkan saat FAM menggelar audienasi di kediaman rumah Kepala Desa Lenteng Barat, dalam rangka evaluasi satu tahun kepemimoinan Afan Afandi sebagai Kepala Desa.
Ketua FAM Hoiryah menceritakan, Awalnya audiensi yang ingin digelar Forum Advokasi Masyarakat (FAM) bertempat di Balai Desa setempat, dengan mengirimkan surat pemberitahuan pada 3 hari sebelum audiensi itu digelar. Namun Kades Lenteng Barat tidak bisa menemui para mahasiswa sesuai dengan kesepakatan karena sedang mendampingi kepentingan masyarakat desa di Polres Sumenep. Forum Advokasi Masyarakat (FAM) tetap tetap bersikukuh menunggu Kepala Desa datang menemui mereka hingga diperkirakan jam 15:00 WIB Kepala Desa Lenteng Barat bisa menemui mahasiswa di kediamannya sendiri.
Banyak persoalan yang dibicarakan saat diskusi berlangsung, mulai dari 5 bulan awal kepemimpinan Afan Afandi yang terkesan membuang waktu hanya untuk mengganti perangkat yang lama dengan yang baru.
Ketua Forum Advokasi Masyarakat, Hoiryah mengakatan alasan Afan Afandi selaku Kades terpilih pada 2019 lalu mengubah tatanan struktural Desa Lenteng Barat karena perangkat desa yang lama tidak sejalan dengannya.
"Alasan itu sangat politis untuk dijadikan karena kalau perangkat pasti mengikuti apa kata kepala desa, dan itu sudah menjadi rahasia publik. Kami berbicara sesuai fakta yang kita temukan karena persoalan yang saya sampaikan ini menjadi persoalan masyarakat," jelas ketua FAM.
Mirisnya lagi pada tengah-tengah audiensi berlangsung, Kades Lenteng Barat itu mengucapkan kata-kata kurang pantas sebagai seorang pemimpin. Ia dengan angkuh mengatakan "kalau misalkan kamu tidak mau saya kepala desanya, silahkan kalian keluar tidak usah menjadi warga saya" pada mahasiswa di forum itu.
Jika berbicara figur seorang pemimpin, ucapan yang dilontarkan Afan Afandi sangatlah arogan dan sama sekali tidak mencerminkan pemimpin yang bijaksana, sementara FAM mengkritik ucapan Afan Afandi karena pihaknya menilai hal itu tidak pantas bagi seorang Kepala Desa.
"Apakah pantas seorang kepala desa bertindak seperti itu, seharusnya dia sebagai kades mengayomi masyarakatnya, baik itu masyarakat yang pro terhadap kades atau yang tidak karena memang sudah tugas kepala desa untuk mengayomi masyarakatnya," jelas ketua FAM
Tidak hanya itu FAM juga mensoroti BUMDes yang ada di Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng yang dinilai tidak evektif, pasalnya Desa Lenteng Barat lebih memprioritaskan program digitalisasi desa untuk dijadikan BUMDes dibandingkan program yang lebih mensejahterakan masyarakat kecil. FAM menilai program dibuat oleh BUMDes Lenteng Barat terkesan hanya untuk memperkaya diri dan memperoleh keuntungan semata.
"Mayoritas masyarakatnya adalah masyarakat awam yang tidak tau menau tentang internet, hanya menguntungkan bagi para pemudanya atau yang ngerti perihal internet, jika digitalisasi desa tetap dijadikan program utama maka itu terkesan hanya memperkaya diri dan mencari keuntungan bagi yang mengelola BUMDes tanpa memikirkan keuntungan yang seharusnya diperoleh masyarakat agar mereka sejahtera dalam segi ekonomi," tegas Hoiryah (FAM).
Dan yang terakhir dari saking banyaknya persoalan yang ada di Desa Lenteng Barat, bahkan perihal pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) masih dipungut biaya 30 ribu rupiah. Hoiryah selaku Ketua FAM mengatakan bahwasanya Pemerintah Desa Lenteng Barat berdalih masyarakat harus tahu terimakasih.
"Perihal pelayanan pembuatan KTP yang masih di pungut biaya, mereka berdalih persoalan harus tahu terimakasih, terimakasih kok harus ditekan bayar 30 ribu, kalau misalkan yang buat sampai 50 orang, berarti itu bukan uang transportasi tapi memperkaya diri sendiri," jelasnya. (Thofu)