Tampak seorang penenun sutra atau saqbe Mandar pada acara pembukaan Pameran Temporer Saqbe Mandar oleh Pemkab Majene, Kamis, 23 Oktober 2020. (Foto: Humas Setda Majene)
MAJENE, MASALEMBO.COM - Pemerintah Kabupaten Majene resmi membuka kegiatan pameran temporer daerah, Kamis (22/10/2020) pagi. Event ini diklaim sebagai upaya untuk mengembangkan museum dan penyebaran informasi tentang keberadaan museum itu sendiri. Kegiatan pameran tersebut fokus menampilkan kain sutra atau saqbe Mandar dengan berbagai corak atau sureq; masa lampau dan sekarang.
"Ini untuk menjadikan museum sebagai media edukasi kepada para pengunjung, mewujudkan museum sebagai kebanggaan publik," kata Muh Yasin, ketua penyelenggara kegiatan.
Kepala Dinas Pariwisata Majene Andi Beda Basharoe menyebutkan, di museum ini tersimpan berbagai jenis koleksi; baik masa prasejarah, kolonial hingga kemerdekaan. "Kurang lebih 1400 koleksi dari 10 jenis koleksi tersimpan di sini. Sementara bangunan ini merupakan peninggalan kolonial Belanda yang dibangun sejak tahun 1908," jelasnya.
Andi Beda mengatakan, jika dahulu, di zaman Hindi Belanda, museum ini ditempati sebagai 'Boyang Tomonge' atau Rumah Sakit Umum, kini jadi museum sejarah satu-satunya di tanah Mandar Sulbar.
Kegiatan pameran temporer daerah ini dibuka secara langsung oleh Pjs Bupati Majene HM Natsir. Kegiatan ini mengambil tema 'Merajut Saqbe Mengenal Budaya lokal Mandar' dengan merangkai tiga komponen kegiatan yakni; pameran saqbe Mandar, lomba edukatif kultural museum dan belajar bersama di museum.
Pjs Bupati Majene HM Natsir saat membuka pameran saqbe Mandar di museum Mandar Majene, Kamis, 22 Oktober 2020 (Foto: Humas Setda Majene)
Pjs Bupati HM Natsir mengatakan, mengajak semua pihak untuk memanfaatkan museum Mandar ini sebagai satu media untuk generasi, agar kedepan bisa berdialog dengan sejarah, karena saat ini nilai-nilai kesejarahan semakin terkikis dengan perkembangan globalisasi.
"Anak-anak kita sekarang sudah dihantui oleh perkembangan IT, mereka diajak untuk menggarap sejarah secara maya tetapi secara fisik mereka tidak punya waktu," tutur Natsir.
Mantan Sekda Kabupaten Pasangkayu ini mengatakan, museum ini merupakan ikon satu-satunya yang ada di Sulbar. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah bagaimana agar mampu mengembangkan beban kerja agar museum sehingga bisa terus dipopulerkan.
"Di sinilah dibutuhkan mitra kerja yang terbangun dengan solid di semua lini. Dan yang paling utama adalah bagaimana kita membuat kebijakan-kebijakan yang langsung menjadi aksi nyata. Kalau perlu Kadis Budpar lebih banyak membuat MOU dengan berbagai pihak," ujar Natsir.
Natsir berharap, kebijakan pengembangan museum ini bukan hanya kewenangan Pemerintah Kabupaten namun dapat juga diintervensi oleh Pemrov, sehingga kedepannya akan ada kolaborasi antara sandeq race dengan pameran sutra Mandar, agar Museum Mandar ini dapat menjadi salah satu sumber PAD yang ada di Kabupaten Majene.
"Bisa juga ada muatan lokal tentang museum yang dimasukkan dalam mata pembelajaran di sekolah," harap Natsir. (Har/red)