MAJENE, MASALEMBO.COM - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perempuan dan Perlindungan Anak Kartini Manakarra, Provinsi Sulawesi Barat mengecam pidato atau orasi politik mantan anggota DPRD Majene Rusbi Hamid yang beredar di sosial media Facebook sejak, Minggu (25/10/2020) malam. Orasi politik tersebut dinilai mengandung kekerasan verbal terhadap perempuan karena menggunakan name calling yang bernada hinaan berbasis gender.
"Bablas, di situ ada bahasa politik yang tidak boleh diteladani sebagai orang tua," kata Dian Daniati, Ketua LSM Kartini Manakarra, Selasa (27/10/2020).
Dian mengaku telah menonton video orasi Rusbi Hamid di media sosial. Dia mengecam narasi yang disampaikan Rusbi yang meremehkan perempuan dengan kata-kata cibiran seperti 'janda' dan 'masa iddah belum selesai'.
"Kata-kata itu sama sekali tidak ada relevansinya dan bahkan sangat jauh melenceng dari tema dan semangat Pilkada yang bermartabat," ujar Dian melalui keterangan tertulisnya, Selasa.
"Dia (Rusbi Hamid) tidak punya prespektif melindungi perempuan, atau mungkin lupa terlahir dari rahim perempuan, punya saudara perempuan, dan keluarga yang berjenis kelamin perempuan yang bisa saja menjadi janda," lanjutnya.
Aktivis perempuan ini menilai, narasi yang disampaikan Rusbi saat menyampaikan orasi politik saat kampanye salah satu paslon di Pilkada Majene mengandung hinaan dan kekerasan melalui kata-kata, bukan saja hanya kepada salah satu calon perempuan Pilkada Majene tapi juga kepada para perempuan lain yang punya status yang sama.
"Beliau ini sebagai politisi senior kok tidak tahu menempatkan orasi pada tempatnya. Di situ dia juga membuat cerita tentang privasi perempuan melahirkan yang tidak relevan. Sangat disayangkan seorang politikus senior tidak pantas menyampaikan orasi politik yang tidak mendidik generasi dan mencederai tujuan berdemokrasi," ujar Dian.
Karenanya Dian meminta para politisi, tim sukses dan pasangan calon agar berhenti menyampaikan kata-kata dan narasi yang dapat memuat kekerasan verbal pada perempuan. Kata dia, kekerasan verbal kadang tidak disadari tapi justru dapat lebih menyakitkan dari kekerasan fisik.
Menurut Dian, kekerasan verbal adalah sebuah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata. Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga dia akan merasa tidak percaya diri, mulai mempertanyakan intelejensinya, hingga merasa tidak memiliki harga diri.
"Kekerasan verbal bisa terjadi pada hubungan apa pun dan intensitasnya biasanya meningkat bila tidak segera diakhiri," pungkas Dian. (ar/red)