*Dudung Nurullah Koswara
PENULIS ternama Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Hidup Muhammad” mengisahkan “Maulid Nabi”. Diantaranya Ia menyatakan bahwa sebagian besar ahli sepakat kelahiran Muhammad adalah pada Tahun Gajah, 570 Masehi. Muhammad dilahirkan pada tanggal duabelas Rabiul Awal. Tahun, tanggal dan bulan kelahiran Muhammad banyak versi, itulah sejarah.
Kelahiran atau maulid Nabi Muhammad adalah sebuah momentum yang paling penting dalam sejarah umat Islam. Mengapa sangat penting? Karena banyak makna yang bisa kita petik sejak kelahiran bayi Muhammad yang kemudian menjadi Nabi akhir zaman, nabi penutup. Terutama bagi kaum muslimin maulid nabi adalah penting diperingati.
Mari kita lihat sejumlah fakta historis kelahiran Muhammad. Pertama saat Ia lahir oleh kakeknya tidak diberi nama “mainstream” sebagaimana tradisi memberi nama ada embel-embel leluhur. Tentunya leluhur Quraisy yang menunjukan kemuliaan dan kebesaran. Nama Muhammad adalah nama yang tidak dimiliki nama bayi yang lainnya. Unik, khas, beda dan nama yang bermakna kebaruan. Ada kebaruan dalam nama bayi Muhammad. Makna yang dapat kita petik, “Jangan ikut kebiasaan, ciptakan yang baru”.
Kedua, Muhammad adalah bayi yang lahir dari keluarga bangsawan, bukan keluarga miskin. Saat lahir di hari ke tujuh diadakan acara cukup mewah yakni menyembelih unta dan acara makan-makan mengundang masyarakat Quraisy. Sebagai anak bangsawan Muhammad pada hari kedelapan dikirimkan ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah Ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Tradisi menyusukan para bangsawan Quraisy.
Ketiga, kisah sejarah mengatakan sosok Halimah menjadikan Muhammad sebagai anak susuannya. Apa yang terjadi? Sejak diambilnya anak itu (Muhammad) Ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya. Itulah bawaan keberkahan, keajaiban dan keunikan dari bayi yang kelak akan menjadi Nabi terbesar. Sejak kecil sudah “ajaib”.
Kempat, keyatiman Muhammad sungguh sangat memilukan. Sebuah rekaman kepedihan saat usia butuh kasih sayang. Ia secara batin sangat menderita. Saat Ia dibawa oleh Ibunya (Aminah) ke Madinah melihat rumah dan makam Ayah tercinta yang sudah tiada, tentu Muhammad menyadari dirinya adalah yatim. Lebih menyedihkan lagi dalam perjalanan pulang Ibu tercinta meninggal di perjalanan. Ia kini hanya bersama seorang budak (Umm Aiman) dan kembali ke Mekah.
Husain Haekal menuliskan kisah sedih Muhammad saat anak-anak. “Ia pulang menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa Ia masih dalam kandungan. Kini Ia melihat sendiri dihadapannya, Ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti Ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu”.
Sungguh sa’at Saya menulis tulisan yang berjudul “Kelahiran Sang Nabi” air mata Saya pun meleleh. Bagaimana tidak, seorang anak kecil hidup bersama orang lain di kampung. Ia disusukan bukan oleh Ibunya. Ia pun ditinggal oleh Bapaknya. Ia ditinggal oleh Ibunya. Ia pun ditinggal oleh Kakek yang sangat mencintainya. Begitu berat beban seorang anak Muhammad. Derita ini pasti menjadi “long term memory” yang luar biasa bagi dirinya.
Kelima, Muhammad muda sudah “dicurigai” akan menjadi tokoh besar perubahan peradaban. Ini jelas terungkap dalam sejarah saat bertemu rahib Bahira. Bahira itu telah melihat tanda-tanda kenabian padanya sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Bahkan saat perjanan ke Syam Ia mencoba memberi saran agar anak bernama Muhammd, “Jangan terlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadap dia”.
Keenam, Muhammad muda usia 12 tahun, sangat literatif. Saat Ia ke negeri Syam. Ia mengetahui berita-berita tentang Kerajaan Rumawi dan agama Kristennya, didengarnya berita tentang Kitab Suci mereka serta oposisi Persia dari penyembah api terhadap mereka dan persiapannya menghadapi perang dengan Persia. Kalau kita baca dalam Al Quran terdapatat ayat “Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Rum [30]: 2-4).
Ketujuh, Muhammad muda belajar pada penyair Yahudi dan Nasrani. Dalam bukunya Husain Haikal menuliskan, “Didengarnya ahli-ahli pidato di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang membenci paganisma Arab. Mereka bicara tentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan mengajak kepada kebenaran menurut keyakinan mereka. Dinilainya semua itu dengan hati nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripada paganisma yang telah menghanyutkan keluarganya itu. Tetapi tidak sepenuhnya ia merasa lega”.
Kedelapan, bangga sebagai penggembala kambing saat muda. Ia mengatakan “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing.”Dan katanya lagi: “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.” Menggembala kambing adalah sebuah kehormatan baginya. Pekerjaan menggembala kambing sangat membanggakan bagi sosok Muhammad muda. Saat menggembala kambing ini juga Muhammad muda banyak merefleksi, merenung dan melihat kaum Quraisy khusunya yang terlihat jahiliyah. Ia tidak larut dalam pesta-pesta mabuk-makukan kebiasaan kaum Quraisy. Ia “terkarantina” dalam menggembala kambing.
Kesembilan, terkait pernikaham Muhammad dengan Khadijah. Pepatah bijak mengatakan, “Hidup hebat dan teruji seorang manusia dimulai saat menikah”. Nah pepatah ini sangat korelatif. Muhammad menjadi seorang Nabi saat sudah menikah. Sekitar 15 tahun sesudah menikah Ia menjadi seorang Nabi. Khadijah adalah istri, teman belajar dan diskusi bahkan penguat mentalnya saat Ia ragu menghadapi sesuatu. Nabi Muhammad tidak poligami saat bersama Khadijah.
Maulid Nabi, kelahiran Nabi kita peringati setiap tahun. Semoga spiritnya tidak hanya muncul dan hanya menjadi wacana tahunan. Melainkan menjadi ruh, spirit dan motivasi harian bagi semua umat muslim. Terutama kejujuran dan semangat belajar serta berusaha merombak kultur yang jumud bergaya “paduan suara” pada leluhur atau atasan. Nabi Muhammad adalah pembawa perubahan. Kritis, kreatif, inovatif namun tetap tegas, bahkan sejumlah peperangan terjadi bersamanya demi sebuah perubahan.
* Penulis Buku Narasi Spiritual
Sumber: koransinarpagijuara.com