BEIJING, MASALEMBO.COM - Media pemerintah China membidik pemerintah Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan karena banyak kota di Amerika yang dicekam oleh protes dan kerusuhan hebat. Media itu membandingkan apa yang terjadi di Amerika saat ini dengan demo pro-demokrasi di Hong Kong.
Beijing telah lama geram oleh kritik dari negara-negara, terutama AS, atas penanganan protes pro-demokrasi yang mengguncang Hong Kong tahun lalu.
Ketika kerusuhan pecah di seluruh Amerika Serikat atas ketidaksetaraan rasial dan kebrutalan polisi setelah kematian pria kulit hitam tak bersenjata George Floyd dalam sebuah penangkapan, juru bicara pemerintah dan media pemerintah China melancarkan aksi serangan terhadap pihak berwenang Amerika.
"Ketua DPR AS Nancy Pelosi pernah menyebut protes kekerasan di Hong Kong 'pemandangan yang indah untuk dilihat.'...Politisi AS sekarang dapat menikmati pemandangan ini dari jendela mereka sendiri," tulis Hu Xijin, pemimpin redaksi tabloid nasionalis Global Times, pada hari Sabtu.
"Seolah-olah para perusuh radikal di Hong Kong entah bagaimana menyelinap ke AS dan menciptakan kekacauan seperti yang mereka lakukan tahun lalu," lanjut dia, seperti dikutip AFP, Minggu (31/5/2020).
China bersikeras bahwa "pasukan asing" yang harus disalahkan atas kekacauan di Hong Kong, tempat para demonstran pro-demokrasi yang digambarkan oleh Beijing sebagai perusuh telah berbaris dalam massa jutaan orang sejak Juni tahun lalu dan sering bentrok dengan polisi.
Beijing memicu kemarahan dan keprihatinan awal bulan ini dengan rencana untuk memberlakukan undang-undang tentang Hong Kong yang katanya diperlukan untuk melindungi keamanan nasional dan mengekang "terorisme", tetapi dikecam oleh aktivis pro-demokrasi dan negara-negara Barat sebagai upaya lain untuk mengikis kebebasan di kota tersebut.
Menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa dia akan mencabut hak istimewa khusus Hong Kong, sebuah komentar yang diterbitkan pada hari Minggu di China Daily corong Partai Komunis China mengatakan politisi-politisi AS bermimpi "mengorbankan" China.
"Lebih baik menyerah (untuk) mimpi itu dan kembali ke kenyataan," tulis media tersebut.
"Kekerasan menyebar di AS...Politisi AS harus melakukan pekerjaan mereka dan membantu menyelesaikan masalah di AS, alih-alih mencoba menciptakan masalah dan masalah baru di negara lain."
Bolak-balik Hong Kong telah memperburuk ketegangan AS-China, yang sudah memanas karena sejumlah masalah termasuk seteru perdagangan dan pandemi virus corona, di mana Trump menuduh Beijing kurang transparansi.
Ketika kekerasan pecah di AS pada akhir pekan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying juga membidik Washington pada hari Sabtu.
"Saya tidak bisa bernapas," katanya di Twitter, dengan menampilkan tangkapan layar tweet juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus yang mengkritik pemerintah China atas kebijakan Hong Kong-nya.
Hua mengutip kata-kata yang diucapkan George Floyd berulang kali sebelum kematiannya setelah seorang petugas polisi kulit putih berlutut hampir sembilan menit di lehernya yang memicu kerusuhan saat ini di Amerika Serikat. (min)
Sumber: sindonews.com