Pasien Almaidah saat dirawat di Puskesmas. (Ist/Masalembo.com)
Warga Somba Tenggara, Kelurahan Mosso, Kecamatan Sendana, Majene itu didiagnosa menderita gizi buruk. Ia juga divonis mengalami penyakit kronis dan sudah komplikasi dengan berbagai penyakit lain yang dideritanya.
Seorang relawan sosial dari Somba yang juga kerabat almarhum mengatakan, pihaknya turut membantu memfasilitasi proses pengobatan mendiang Almaidah ke Rumah Sakit. Namun ia menyayangkan sebab proses rujuk pasien Almaidah ke RSUD Majene teramat lamban. Bahkan, pasien itu harus dirujuk 'paksa' setelah diinterpensi salah seorang pejabat teras di daerah ini.
"Saya yang membantu memfasilitasi ke rumah sakit, tahun lalu memang dia (Almaidah) juga sempat dirawat selama enam bulan tapi sudah baik. Penyakitnya kambuh lagi dan gizi buruk," kata AR, relawan sosial yang enggan disebut nama lengkapnya itu.
AR mengaku kanget karena tiba-tiba remaja malang itu mendadak sakit kembali. Penyakitnya kambuh lalu dibawa ke Puskesmas di Somba, Sendana, Kabupaten Majene. Awalnya dia masuk ke Puskesmas tapi masih rawat jalan, kondisi tubuhnya juga sudah kurus.
Hanya berselang beberapa hari, kondisi Almaidah makin menurun dan terpaksa harus dirawat inap di Puskesmas. AR lalu meminta untuk dirujuk ke Rumah Sakit Majene sebab kondisinya makin menurun dan perlu perawatan intensif. Sayangnya, keinginan AR dan keluarga untuk membawa Almaidah berobat ke RSUD Majene tak mulus. Pihak rumah sakit belum bersedia menerima rujukan dengan dalih ruangan sedang full. Dua hari menunggu, tak ada jawaban dari RSUD Majene untuk menerima pasien gizi buruk itu untuk dirawat lebih lanjut. AR pun mulai geram.
"Saya sesalkan tidak ada tindakan pihak medis, kan kalau gizi buruk itu kejadian luar biasa," ucapnya.
Kondisi pasien makin parah dan keluarga terus berupaya agar penanganan medis segera diintensifkan. Ia lantas meminta agar pasien dirujuk ke RS Polewali, Kabupaten Polewali Mandar.
"Saya hubungi bagian informasi di Rumah Sakit Majene agar disisrute (sistem rujukan terintegrasi) ke Rumah Sakit Polewali, karena harus RS Majene yang sisrute ke RS Polewali," ucapnya.
Namun, setali tiga uang dengan RS Majene pihak Rumah Sakit Polewali juga tak siap menerima. AR bahkan mengaku menunggu sampai jam 12 malam namun tak ada juga jawaban dari Polewali. "Saya bilang ya ndak jadimi ini dirujuk kasian, kita konfirmasi ke RS Majene juga masih full," ucapnya.
Besoknya, ia menghubungi salah satu pejabat teras di Majene dan menyampaikan tentang pasien asal Somba itu. Ia melaporkan bahwa kondisinya sudah sangat emergency tapi pihak RSUD Majene masih menolak pasien itu lantaran ruangan full.
"Saya sampaikan bahwa pihak Puskesmas (Sendana) juga sudah hubungi saya agar cari jalan biar bisa dirujuk ke RS Majene karena kondisi pasien makin memburuk," ungkap AR, mengaku menyampaikan hal itu ke salah satu pejabat teras di Majene.
AR menuturkan, perawat di Puskesmas Sendana juga sudah khawatir, berharap agar pasien Almaidah segera dirujuk, sementara pihak RSUD Majene belum menerima permintaan rujukan yang diajukan secara online dari Puskesmas.
AR juga mengaku sempat mencoba menghubungi Direktur RSUD Majene untuk meminta kebijakan agar pasien terbantu masuk Rumah Sakit. Sayang panggilan telepon maupun pesan WhatsApp terlewatkan tanpa jawaban.
"Telpon saya dirijeck, saya WA tidak ada balasan sama sekali," katanya.
Sebelum menghubungi salah seorang pejabat teras Majene, AR mengaku mulai berpikir agar pasien bisa dipaksakan masuk di Rumah Sakit agar bisa tertindaki. Ia mengaku petugas Puskesmas memintanya melakukan langkah agar pasien tersebut segera dirujuk.
Walhasil usai menghubungi pejabat teras Majene itu, rujukan 'paksa' diterima dengan catatan pihak Puskesmas harus didampingi. "Mereka (petugas Puskesmas) mungkin takut sampai di Rumah Sakit karena merujuk paksa tanpa konfirmasi kesiapan dari sana," ucap AR.
"Alhamdulillah akhirnya dia (pasien) masuk, saya tidak pantau lagi setelah sudah masuk. Besok baru saya telpon ke keluarga yang menjaga, saya kaget karena infonya sudah di ICU," lanjut AR menceritakan.
Tak lama setelah bicara dengan pihak keluarga dan perawat di RS Majene, AR kembali menerima telepon bahwa pasien Almaidah telah meninggal dunia. AR juga menceritakan bahwa ayah dari pasien hanya seorang tukang batu sedang ibunya bekerja tidak tetap.
RSUD Majene Bantah Tolak Rujukan
Terkait kronologi rujukan pasien Almaidah dari Puskesmas Sendana, Direktur RSUD Majene dr Yupie angkat bicara. Yupie membantah pihak Rumah Sakit lambat mengambil tindakan. Ia mengatakan pasien tersebut justru masuk daftar waiting list (daftar tunggu) dan harus menunggu antrian.
"Pasien ini adalah pasien penyakit kronis yang berobat tidak teratur. Saya tidak mau bilang dia gizi buruk, tapi dia pasien kronis yang memang sudah kondisi terminal masuk rumah sakit," ucap Yupie, Minggu (26/1).
Yupie bersikeras membantah menolak pasien tersebut, namun sesuai mekanisme harus mengantri sesuai waiting list sehingga tidak ada istilah rujukan paksa.
"Jadi kami tidak bilang bahwa ditolak, tidak pernah ada pasien yang ditolak. Cuma dengan kondisi begini dia masuk dalam daftar waiting list, sampai kondisi kami benar-benar bisa menerima pasien itu," ucap Yupie melalui sambungan telepon.
"Kalau penuh, ya kami mau taruh dimana, lebih tidak manusiawi lagi kalau kami taruh kasur pasiennya di lantai," ucap Yupie, menolak tudingan pihak RSUD Majene menolak pelayanan pasien rujukan Puskesmas Somba itu lamban.
"Kalau ditolak ya kami tidak akan pernah menerima pasien ini, tapi buktinya pasiennya masuk di rumah sakit kan, dan ditangani kan," sambung Yupie.
Mantan Kepala Puskesmas Banggae I Majene ini mengatakan, kondisi pasien yang harus diisolasi itu membuat pihaknya tak bisa serta merta memasukkan pasien itu ke Rumah Sakit sebelum benar-benar petugas siap menerima.
"Saya tidak mau membeberkan penyakitnya karena itu tidak baik untuk keluarga pasien, cuma saya bilang penyakitnya sudah kronis, anda sudah tahu kan kalau dia kronis harus diisolasi," ucap Yupie.
Yupie membatah masuknya pasien Almaidah ke RSUD Majene karena interpensi pejabat daerah. Justru siapapun kata dia, harus mengikuti waiting list jika kondisi pasiennya seperti itu.
"Sekedar informasi kami rumah sakit tipe C, hanya bisa menampung 130 tempat tidur. Sekarang sudah 153 tempat tidur, sudah lebih dari seharusnya," pungkas Yupie. (har/red)