Muhammad Ridwan Alimuddin tengah merancang rumah sampah, ditemui di Nusa Pustaka Pambusuang. (M. Subri/masalembo.com)
POLEWALI, MASALEMBO.COM - Siapa yang tak kenal Muhammad Ridwan Alimuddin? Pria kelahiran Tinambung, 23 Desember 1978 ini dikenal bukan hanya karena aktifitasnya sebagai pegiat literasi. Namun aktif meriset dan menulis buku-buku tentang laut dan kebudayaaan maritim di tanah Mandar Sulawesi Barat. Selain itu ia juga masih aktif sebagai ketua organisasi wartawan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar. Kerap, Ridwan juga tampil di media-media nasional dan lokal bicara tentang literasi dan laut. Ia mengisi banyak diskusi dan seminar di Sulbar dan berbagai tempat di Sulawesi Selatan.
Saat ini Muhammad Ridwan Alimuddin masih sibuk bergelut menyebar virus literasi, kampanye membaca dan aktif di AJI Mandar. Aktifitas literasinya itu ia lakoni sejak 2015 usai mundur dari salah satu perusahaan media cetak di Sulbar dan mendirikan perpustakaan di desanya. Puluhan ribu buku kini tersedia di Nusa Pustaka, perpustakaan milik Ridwan di Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar. Warga khususnya pemuda, mahasiswa dan anak-anak sekolah tak pernah putus menggunakan perpustakaan itu. Tak jarang kegiatan diskusi dan menjadi sarana pencarian referensi tugas kuliah mahasiswa dari berbagai kampus di Kabupaten Polman dan Majene.
Di banyak kesempatan, Muhammad Ridwan Alimuddin berbicara tentang perahu pustaka miliknya. Perahu pustaka ini dibuat sebagai fitur dari Nusa Pustaka. Ada juga bendi dan becak pustaka. Ia menyebutnya Armada Pustaka; bendi (alat transportasi tradisional sejenis delman), becak dan perahu pustaka itu ia bangun dengan niat tulus. Ridwan mengatakan, ketertarikannya pada gerakan literasi itu muncul ketika setiap berkunjung ke pulau-pulau di sekitar selat Makassar dia mendapati anak-anak pulau tak belajar. Mereka, anak-anak negeri di pulau-pulau itu kesulitan mendapat bahan belajar yang memadai. Dari situlah asa Ridwan hadir. Tekadnya menghadirkan buku dan bahan bacaan ke mereka, anak-anak negeri yang kurang beruntung itu berujung pada pendirian perpustakaan Nusa Pustaka dengan berbagai ragam fitur pustaka bergerak, termasuk perahu pustaka yang berlayar setiap saat ke pulau-pulau di sekitar selat Makassar.
"Selama ini akses bacaan susah, kita saja di darat susah apalagi yang di pulau-pulau kecil," kata Ridwan suatu waktu diwawancarai salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Kini, gerakan literasi ala Ridwan Alimuddin telah merambah ke berbagai tempat di Sulawesi Barat. Bahkan di Majene, kota pendidikan di Sulbar, puluhan komunitas pegiat literasi berikut taman baca masyarakat telah didirikan. Virus literasi menjamur ke berbagai kalangan hingga mengetuk pintu anggota dewan untuk membawa gerakan ini kedalam peraturan daerah (perda) di Majene. Perda literasi Majene ini diklaim pertama di Indonesia.
Dirikan Rumah Sampah
Sebelum berdirinya Nusa Pustaka dan pustaka bergerak yang dia sebut Armada Pustaka Mandar, pada 2012 Ridwan Alimuddin dan beberapa orang kawan ternyata sudah memulai bicara masalah sampah. Saat itu ada event Perpustakaan Rakyat Sepekan siaingkat PRS digelar di Desa Pambusuang, Polman. Dari situlah, lahir komunitas yang kerap menelorkan berbagai model gerakan literasi. Kala itu, sampah menjadi issue yang paling dominan di bicarakan.
Reporter masalembo.com, M. Subri berbincang dengan Muhammad Ridwan Alimuddin. (M. Subri/masalembo.com)
"Jadi masalah sampah ini sebenarnya masih bagian dari gerakan literasi kita. Maka di tahun kelima gerakan literasi, kita akan lebih fokus ke masalah sampah," tutur Ridwan, Jumat (1/11/2019).
Ditemui awak masalembo.com di Nusa Pustaka Desa Pambusuang, pria yang akrab disapa Iwan ini mengisahkan, ada kegelisahan dia dan teman-temannya melihat sampah-sampah di laut setiap berlayar. Tak hanya di laut, daratan pun dipenuhi sampah.
"Waktu kita adakan Perpustakaan Rakyat Sepekan, ada teman namanya Dahri Dahlan, dia dosen di Universitas Mulawarman Samarinda, dia mau masalah sampah masuk lewat gerakan literasi," terang Ridwan "Iwan" Alimuddin.
Dari diskusi PRS lahir pemikiran bahwa dalam gerakan literasi harus ada langkah konkrit bahwa gerakan harus mampu melihat atau membaca persoalan di sekitar, lalu memberi jalan keluar. "Maka di tahun berikutnya digelar kembali kegiatan bertema 'Sampah dan Laut.' Kala itu hadir anggota DPRD Sulbar, Ajbar," ungkap Ridwan. Selanjutnya sampah dan laut menjadi tema-tema diskusi komunitas ini di kemudian hari.
Kini, Ridwan ingin benar-benar fokus berbicara soal sampah di usia lima tahun gerakan literasinya bersama komunitas Armada Pustaka Mandar. Tak tanggung, pria berambut gondrong ini bertekad mendirikan rumah sampah di depan perpustakaan Nusa Pustaka miliknya.
Kata dia, tahun kelima bergerak di literasi ini dia sudah mulai melakukan gerakan-gerakan seperti roster dan diskusi. Di bulan lalu Ridwan dan kawan-kawan komunitas sudah mulai adakan festival literasi sampah di Nusa Pustaka bekerjasama dengan pemerintah desa. Untuk itu dia menegaskan sudah mulai semacam deklarasi bahwa Armada Pustaka Mandar sudah naik level, bukan saja lapak baca tapi serius bicara penanggulangan sampah.
Langkah awal yang dia akan diambil guna mewujudkan tekadnya mendirikan rumah sampah itu, yakni membuat kegiatan pelatihan pembuatan ekokrik, mengisi botol-botol dari sampah plastik seperti pembungkus mie instan.
Secara singkat Ridwan menggambarkan, pengolahan sampah dengan mesin pemecah plastik yang dicincang. Sampah akan berupa butiran-butiran. Ada alat pemanas yang dipasang sehingga bisa seperti pasta. "Jadinya bisa dibuat beragam macam alat notres, hasil-hasilnya terserah kita mau buat apa," katanya.
Ridwan yakin semua sampah bisa diolah. Dengan cara dia, sampah mau dibuat menjadi perpustakaan berbahan sampah plastik 100 persen.
Meski tekad begitu besar untuk membangun rumah sampah sebagai langkah kongkrit atau solusi mengurai masalah lingkungan ini, namun Ridwan mengakui butuh biaya mewujudkan gerakan tersebut. Beruntung ketika diundang stasiun televisi Net Tv di hari sumpah pemuda lalu, Iwan tak menyangka jika pihak Net Tv bekerjasama dengan komunitas kitabisa.com, sebuah situs penggalangan dana kemanusian dan gerakan-gerakan sosial.
"Saya diundang di acara Ini Talk Show, ternyata Net Tv itu bekerja sama dengan komunitas kitabisa.com. Sebenarnya itu untuk penggalangan dana untuk kegiatan kami," kata Ridwan.
Akhirnya Ridwan mengaku berterima kasih atas dukungan moril pihak Net Tv, tentu berharap ada "orang baik" yang turut menaruh perhatian atas cita-cita luhur itu. Nah, kampanye penggalan donasi via kitabisa.com itu bisa dibuka di sini Dukung Aksi Ridwan untuk Literasi Armada Pustaka.
Ayo "orang baik", dukung Ridwan Alimuddin dirikan rumah sampah dengan berpartisipasi di situs kitabisa.com itu!. (sub/har)