Para narasumner berfoto dengan penyelenggara diskusi Bakornas LEMI PB HMI usai kegiatan. (Foto: Fauzaki Aulia)
JAKARTA, MASALEMBO.COM - Badan Koordinasi Nasional Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Bakornas LEMI PB HMI) menyelenggarakan Diskusi Publik dengan tema 'Instabilitas Negara, Dampaknya Terhadap Perekenomian' di hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Jum'at (18/10/2019).
Dalam diskusi tersebut menghadirkan pemateri Bima Yudhistira sebagai Ekonom Indef, Prof. Hoga Saragih sebagai Akademisi dari Universitas Bakrie yang juga Alumni Lemhannas RI, Peni Rahmadani selaku Trainer Pasar Modal Indoprimer Sekuritas, dan Kombes Pol Umar Dani sebagai Direktur Bina Masyarakat Polda Metro Jaya yang mewakili Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono.
Arven Marta selaku Direktur Eksekutif Bakornas LEMI PB HMI, dalam sambutannya mengatakan bahwa jika melihat akhir-akhir ini Indonesia mengalami kondisi instabil atau tidak stabil. "Ketidakstabilan negara ini dapat kita lihat dari beberapa kerusuhan yang terjadi. Nah, ternyata kerusuhan tersebut sangat berdampak kepada perekonomian. Contohnya saat kerusuhan pada tanggal 24 September yang lalu, indeks harga saham gabungan langsung anjlok," tambah Arven di hadapan peserta.
Sementara itu, Bima Yudhistira mengatakan tantangan ekonomi kedepan sangat berat. "Tahun 2020 sampai 2021, perekonomian global mengalami resesi dan itu berdampak kepada ketidakpastian ekonomi. Dampak resesi ekonomi global pasti sampai ke Indonesia. Namun, bisa kita atasi selagi keamanan negara stabil, karen itu merupakan prasyaratnya," tambah Bima.
Perihal keamanan, Kombes Pol Umar Dani berujar bahwa kepolisian memerlukan kerjasama semua pihak untuk menciptakan kondisi keamanan yang kondusif. "Memang tugas keamanan itu dilimpahkan kepada kepolisian sebagai leading sector, tapi tanpa harus didukung oleh seluruh masyarakat, terutama mahasiswa," tuturnya.
Disisi lain, Hoga Saragih dalam presentasinya lebih banyak menyorot persolan perekenomian yang masih belum kuat di Indonesia. "Padahal cita-cita bangsa yang termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 seharusnya menjadi pegangan bagi pemgang kebijakan. Namun, Indonesia tidak bisa mencapai cita-cita disebabkan pengaruh yang kuat dari dunia internasional. Dunia internasional tidak suka kalau Indonesia menjadi negara maju, karena merupakan ancaman bagi mereka," tambah Hoga.
Sedangkan, Peni Rahmadani dalam penyampaian materinya lebih banyak menyinggung persoalan pasar modal dapat dijadikan sebagai aktivitas perekonomian yang mampu mengangkat perekonomian. "Pasar modal merupakan salah satu opsi untuk meningkatkan perekonomian. Namun, dengan catatan kondisi keamanan stabil sehingga ada kepastian dalam sektor pasar modal tersebut," tutur Peni. (rls/har)