Massa aksi pengunjuk rasa di tak jauh dari gedung DPRD Majene (Egi/masalembo.com)
Sambil menyampaikan orasi, mahasiswa membagikan selebaran. Mereka menuntut perbaikan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum (RSUD) Majene yang dinilai masih sangat minim.
"Pelayanan Rumah Sakit Majene masih sangat kurang, terbukti dengan akreditasi rumah sakit yang masih C, sehingga banyak pasien yang harus dirujuk ke Makassar," kata salah seorang pengunjuk rasa dalam orasinya.
Massa aksi menyampaikan tuntutan agar pemerintah melalui DPRD Majene segera mengambil sikap demi penanganangan kesehatan warga, terkhusus bagi yang dirujuk ke Makassar. Mereka menuntut agar Pemda segera membangun atau menyewa rumah singgah pasien di Kota Makassar.
Mahasiswa menilai, banyaknya warga Majene yang setiap saat dirujuk ke Makassar makin melahirkan beban yang tak ringan bagi masyarakat. Karena itu, agar Pemda mencari solusi atas mahalnya biaya penginapan saat pasien dirawat ke Makassar.
Menurut mereka, sebagaian masyarakat terkendala karena tidak memiliki akses ke rumah sakit, terkendala mengurus administrasi di rumah sakit dan mahalnya biaya logistik selama mengurus keluarga yang sakit di Makassar.
Anggota DPRD Majene incumbent Adi Ahsan adalah satu dari 25 anggota DPRD Majene yang merespon tuntutan para pengunjuk rasa. Ia bahkan rela mengembalikkan pin emas demi tuntutan rumah singgah pasien.
"Pengadaan rumah singgah untuk keluarga pasien di Makassar jauh lebih penting dan mendesak diprogramkan dari pada menyematkan pin emas di dada," kata Adi Ahsan beberapa saat usai mengembalikkan pin.
"Tujuan menyiapkan rumah singgah di Makassar adalah untuk memudahkan urusan keluarga pasien dan pasien yang rawat jalan," katanya.
Dia mengatakan, rumah singgah pasien sebaiknya dijaga perawat dan bidan yang bergantian setiap minggu, tugasnya selain melayani pasien rawat jalan juga dapat mendampingi keluarga membatu pengurusan administrasi, mengingat banyak keluarga pasien yang kurang paham pelayanan di rumah sakit di Makassar. (har/red)