Wisko Pralistra (Ist)
Wisko lahir pada 3 September 2003 di Desa Osango, Kecamatan Mamasa. Saat ini ia duduk di bangku kelas X jurusan IPA di SMA Negeri 1 Mamasa. Wisko merupakan anak pertama dari pasagan Widyawati (34) dan Juniawan (38).
Ibunya, Widyawati, sehari-harinya bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Pemkab Mamasa, sementara ayahnya, Juniawan (38) berprofesi sebagai sopir truk di Mamasa. Sebelum dinyatkan lolos menjadi Paskibra nasional Wisko Pralistra mengaku melalui sejumlah proses tahapan termasuk seleksi di tingkat kabupaten dan tingkat provinsi.
Juniawan, ayah Wisko Pralistra sedang mengisi truk sebelum diangkut (Frendy Cristian/Masalembo.com)
Rasa haru dan bangga terpancar di raut wajah Widyawati, saat ditemui di kediamanya beberapa waktu lalu. Ia tak menyangka anak pertamanya itu bisa membawakan nama baik keluarga dan juga daerahnya menjadi salah satu pengibar bendera di isatana negara 17 Agustus mendatang.
“Kami tidak pernah menyangka anak kami bisa menjadi paskibra nasioal," tutur Widyawati meneteskan air mata.
Ibu Wisko tak pernah membayangkan anaknya bakal lolos sebagai salah satu pengibar bendera di hadapan presiden Jokowi 17 Agustus pekan depan. "Kami hanya keluarga yang hidup pas-paspasan, ayahnya hanya supir truk di usaha orang lain," tuturnya berkaca-kaca.
Widya sendiri hanya bekerja sebagai honor di istansi pemerintah sebagai pramu saji. Sambil menggendong salah satu anak kecilnya dengan wajah berlinang, Widyawati melanjutkan ceritanya. Ia mengatakan, Wisko anakanya itu adalah sisok yang dikenal keluarga sabar dan penurut terhadap orang tua.
“Anak itu memang sabar, ia juga tekun dan rajin dalam mengerjakan sesuatu, bahkan fasilitas sekolahnyapun apa adanya. Seperti sepatu yang selalu dia pakai ke sekolah hanya satu pasang dan ia tidak pernah mengeluh," tuturnya.
Sementara ayahnya Juniawan yang ditemui di tempat ia bekerja di salah satu penggalian batu di jalan Poros Mamasa mengungkapakan hal yang sama. Ia juga tidak pernah menyangka anaknya bisa mewakili Sulawesi Barat menjadi salah satu pasukan pengibar bendera nasional.
“Sebagai orang tua tentu sangat bangga, apalagi anak saya ini bisa tembus langsung ke Jakarta dan akan menjadi salah satu pengibar bendera di istana negara,” katanya.
Juniawan, ayah Wisko Pralistra yang berprofesi sebagai sopir truk. (Frendy Cristian/Masalembo.com)
Kata Juniawan, selama ini memang ia sudah banting tulang bekerja untuk anakanya agar tetap bisa sekolah dengan harapan bisa wewujudkan cita-cita anaknya.
“Menjadi supir truk pengangkut batu banyak suka dukanya, terik dan panasnya matahari tidak peduli demi mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga, termasuk biaya anak yang sekolah,” ujar Juniawan, ayah Wisko.
Postur tubuh Wisko dengan tinggi 179 cm mengatarkannya menuju prestasi yang membanggakan. Ia berharap kelak dirinya dianugerahi pemerintah tanggung jawab sebagai abdi negara sesuai cita-citanya. Hal itu diunggkapannya saat ditemui awak media saat pelepasan di halaman kantor Bupati Mamasa beberapa waktu lalu.
Saat ini, Wisko sudah berada di Jakarta untuk menjalani karantina dan persiapan pengibaran bendera 17 Agustus 2019. (frd/har)