Dr. Syamsul Rahman, S. TP, M.Si
Dosen Ilmu Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar
Tawaran layanan pesan antar makanan (deliveri services) sebetulnya bukan barang baru lagi. Pada beberapa kota besar, sudah menjadi bagian dari service restoran atau warung- warung makan.
Salah satu sistem operasi yang populer pada telepon cerdas adalah android, yang mengalami perkembangan pesat setelah diakuisisi oleh Google Inc. Aplikasi pesan antar makanan (food delivery) ini merupakan sistem informasi pada mobile device berbasis android yang menyediakan proses pemesanan menu makanan restoran atau tempat-tempat penjajah makanan lainnnya, yang bertujuan untuk mempermudah dan mengoptimalkan layanan pesan antar bagi konsumen.
Pelanggan yang ingin memesan menu makanan dapat mengakses sistem ini menggunakan handphone berbasis android sebagai mobile device-nya. Menu makanan dilengkapi dengan tampilan gambar dan daftar harga yang sesuai dengan jenis makanan yang tersedia.
Aplikasi pesan antar makanan berbasis daring (online) ini, seperti yang dilakukan oleh Gojek melalui Go-Food-nya dan Grab melalui Grab-Food-nya. Dibalik penggunaan sistem yang dapat memudahkan proses pemesanan serta menghemat biaya ini, namun yang menjadi persoalan adalah penggunaan bahan kemasan plastik pada makanan, yang masih dalam kondisi panas dapat membahayakan kesehatan.
Mengenal Jenis Kemasan Plastik
Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya, misalnya penggunaan bahan kemasan makanan dari plastik. Bahan pengemas ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya.
Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada polyethylene, polypropylen, poly vinyl chlorida (PVC), dan vinylidene chloride resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya.
Bahan–bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses. Penumpukan bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan poly vinyl chlorida dan vinylidene chloride resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari material plastik dan bahan kimia penyusunnya.
Dampak Kemasan Makanan Berbahan Plastik
Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Jadi, sebaiknya sayur bersantan, susu dan buah-buahan yang mengandung asam organik tidak dibungkus plastik dalam keadaan panas, ataupun kalau terpaksa jangan digunakan terlalu lama. Penggunaan plastik boleh digunakan jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin. Namun demikian memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Akan tetapi tetap saja plastik jenis ini hanya boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan monomer dari plastik. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis.
Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer.
Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus, usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas. Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas.
Salah satu sistem operasi yang populer pada telepon cerdas adalah android, yang mengalami perkembangan pesat setelah diakuisisi oleh Google Inc. Aplikasi pesan antar makanan (food delivery) ini merupakan sistem informasi pada mobile device berbasis android yang menyediakan proses pemesanan menu makanan restoran atau tempat-tempat penjajah makanan lainnnya, yang bertujuan untuk mempermudah dan mengoptimalkan layanan pesan antar bagi konsumen.
Pelanggan yang ingin memesan menu makanan dapat mengakses sistem ini menggunakan handphone berbasis android sebagai mobile device-nya. Menu makanan dilengkapi dengan tampilan gambar dan daftar harga yang sesuai dengan jenis makanan yang tersedia.
Aplikasi pesan antar makanan berbasis daring (online) ini, seperti yang dilakukan oleh Gojek melalui Go-Food-nya dan Grab melalui Grab-Food-nya. Dibalik penggunaan sistem yang dapat memudahkan proses pemesanan serta menghemat biaya ini, namun yang menjadi persoalan adalah penggunaan bahan kemasan plastik pada makanan, yang masih dalam kondisi panas dapat membahayakan kesehatan.
Mengenal Jenis Kemasan Plastik
Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya, misalnya penggunaan bahan kemasan makanan dari plastik. Bahan pengemas ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya.
Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada polyethylene, polypropylen, poly vinyl chlorida (PVC), dan vinylidene chloride resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya.
Bahan–bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses. Penumpukan bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan poly vinyl chlorida dan vinylidene chloride resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari material plastik dan bahan kimia penyusunnya.
Dampak Kemasan Makanan Berbahan Plastik
Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Jadi, sebaiknya sayur bersantan, susu dan buah-buahan yang mengandung asam organik tidak dibungkus plastik dalam keadaan panas, ataupun kalau terpaksa jangan digunakan terlalu lama. Penggunaan plastik boleh digunakan jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin. Namun demikian memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Akan tetapi tetap saja plastik jenis ini hanya boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan monomer dari plastik. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis.
Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer.
Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus, usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas. Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas.