Bantuan dari Kemendes PDTT RI tersebut, akan berfungsi memberikan peringatan dini jika terjadi banjir. EWS sekaligus menjadi rangkaian sistem komunikasi informasi.
"Alat ini kita pasang di Desa Tabolang Kecamatan Topoyo karena dianggap paling rawan dilanda banjir. Jadi tempatnya sudah tepat," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Mateng, Bahar, Rabu (10/7).
Pemasangan alat terbagi tiga titik. Khusus alat deteski dipasang dibagian hulu dan satu di hilir sungai. Sedangkan alarm dipasang di halaman kantor desa. Sistem kerjanya saling terkait. Jika ketinggian air di hulu mulai meningkat, alat di hilir akan mendeteksi. Waktu bersamaan alarm di halaman kantor desa Tabolang akan berbunyi.
"Jangkauan suaranya mencapai empat kilometer persegi. Ini akan sangat membantu warga untuk menghindari bencana banjir," jelas Bahar.
Hebatnya lagi, lanjut Bahar, alat tersebut didukung alat pemantau. Ini dimonitor di BPBD agar situasi yang terjadi saat musim hujan dapat diketahui. "Kami sudah memiliki operator terlatih. Tugasnya tetap siaga memantau kondisi melalui layar monitor di kantor BPBD," ujarnya.
Kepala BPBD Mateng Rahmat Syam mengatakan, alat senilai Rp700 juta itu, diberikan Kemendes demi menjaga keselamatan warga. EWS hanya diberikan pada 5 kabupaten di Indonesia. Yaitu Seluma Provinsi Bengkulu, Manggarai NTT, Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara, Bengkayang Kalimantan Barat, dan Mamuju Tengah Sulawesi Barat.
Kedepan, Rahmat berencana mengusulkan tambahan alat deteksi. Seperti deteksi longsor, gempa, tzunami, dan puting beliung. Tentu saja rencana ini akan diusul secara bertahap dan melalui proses. "Semoga terealisasi," harap Rahmat. (jml/riz)