Jamaah An-Nadzir (inet/trotoar.id)
Keterangan itu disampaikan Sekretaris Jenderal An-Nadzir Ustadz Ustadz M Samiruddin Pademmui alias Ustadz Samir.
Samir yang juga Ketua Dewan Pengawas dan Penanggung Jawab Pendidikan dan Pembangunan Jamaah An-Nadzir Gowa mengatakan, piha jamaah An-Nadzir telah menetapkan 1 Syawal 1440 Hijriah hari ini. Penetapan itu berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tim sembilan yang dibentuk khusus memantau hilal.
“Hari ini kita sudah puasa terakhir dan malam ini kita takbiran besok kita gelar salat Idul Fitri, ini dari hasil pengamatan,” ungkap Samir, Minggu (2/6) seperti dilansir trotoar.id
Menurutnya pemantauan Ramadan telah dilakukan dalam beberapa hari terakhir. "Jadi dari hasil pengamatan beberapa jamaah beberapa hari terakhir ini, bulan sudaah tidak terlihat di ufuk timur,” ungkapnya.
Dia mengaku untuk mengetahui bulan Syaban, itu mulainya di bulan Rajab, kemuadian untuk mengetahui Ramadan ditinjau dari Syaban dan untuk Idul Fitri mengamati akhir Ramadan.
Selain mengamati bulan, Ustadz Samir juga menjelaskan bahwa Jamaah An-Nadzir melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda alam seperti pasang surut air laut.
Baca juga:
Bolehkah Zakat Fitrah Diberikan kepada Keluarga?
Waspadai Diskon Palsu Menjelang Lebaran
Pelaksanaan salat Idul Fitri oleh para jamaah An-Nadzir akan dilangsungkan di halaman Masjid Baitul Muqaddis kompleks pondok Jamaah An-Nadsir, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Jamaah An Nadzir ini merupakan satu kelompok keagamaan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, telah menggelar salat Ied dan merayakan Lebaran hari ini.
Jamaah dengan ciri khasnya rambut gondrong dan pirang bagi pria, hijab rapat warna gelap bagi para wanita, membentuk komunitas sendiri di kampung sekitar Danau Mawang, Gowa.
Dari sumber terpercaya, An Nadzir diajarkan pertama kali oleh seorang dai Malaysia kelahiran Dumai, Riau bernama Kiai Syamsuri Madjid, 30 tahun lalu. Saat datang berdakwah di Gowa, sejumlah orang menganggapnya sebagai titisan Kahar Muzakkar, tokoh gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan.
An Nadzir hidup komunal, khas, tapi tetap terpapar kemajuan teknologi dan gaya hidup baru. Mereka juga ber-selfie ria sembari menunggu saat beribadah. (red)