Muhammad Shiddiq di depan gedung pusat training bahasa Arab Universitas Al Azhar Kairo Mesir (Handover/Muhammad Shiddiq)
Nama pemuda itu Muhammad Shiddiq, lahir 3 Oktober 1997 di Taukong, sebuah dusun terpencil di kaki pegunungan Quarles Desa Tandeallo, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Sebelum hijrah ke negeri Nabi Musa, putra kedua pasangan Kepala MTs DDI Taukong Sirajuddin dengan Jannati ini ngampus di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, entah jalan hidup berkata lain ia diterima setelah mendaftar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir 2018 lalu.
Beruntung, kru laman ini mendapat kesempatan berkomunikasi via sambungan nirkabel dengan Shiddiq, Kamis (30/5/2019) bertepatan dengan hari ke 25 Ramadan 1440 Hijriyah. Ia (M. Shiddiq) pun berbagi suka duka 5 bulan di negeri bersejarah dunia itu.
"Di sini kita puasa 15 jam 45 menit," ucapnya melalui WhatsApp.
Baca juga: Pahala Orang yang Tidur Seharian saat Berpuasa
Shiddiq juga menceritakan sekelumit kisah anak-anak Indonesia terkhusus putra Sulbar di negeri Mesir. "Ada banyak mahasiswa Indonesia di sini, data tahun lalu kalau tidak salah 3.500," katanya.
Namun, ia tak begitu tahu jumlah persis mahasiswa Sulbar yang tengah ngampus di Al Azhar. Ia hanya mengenal beberapa orang Mandar di sana.
Ada yang menarik dikisahkan Shiddiq ihwal Ramadan di Kairo, pusat pemerintahan negara tertua di benua Afrika itu. Jika waktu berbuka puasa tiba, Shiddiq dan kawan-kawannya dari tanah air kerap akan berburu takjil untuk berbuka puasa laiknya di Indonesia termasuk di Mandar. Namun bedanya, di Kairo orang dengan mudah menemukan menu buka puasa yang disajikan di pinggir-pinggir jalan tanpa harus merogoh kocek. Kabar bahagia ini pasti menyenangkan, dimana menu buka puasa dapat dinikmati secara gratis.
Muhammad Shiddiq usai salat tarwih di masjid kampus Al Azhar Kairo Mesir (Handover/Muhammad Shiddiq)
"Mereka (orang-orang di Mesir) menyediakan tempat dan hidangan bagi siapapun yang ingin singgah berbuka," ungkap Shiddiq.
Warga Mesir, kata Shiddiq, punya penghargaan tersendiri bagi orang yang tengah berpuasa. Warga di negeri para ulama itu kemudian menyiapkan hidangan berbagai aneka makanan khas Timur Tengah yang siap disantap secara gratis kala buka puasa tiba.
"Kita tinggal mencari tempat dimana berbuka," kisahnya.
Di kesempatan ini pula, alumni pondok pesanteren Ihyaul Ulum DDI Baruga ini juga mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya di Sulbar. Ia mengaku rindu suasa Ramadan di kampung halamannya di pegungan Kecamatan Ulumanda. "Rindu suasana kampung, apalagi bulan puasa ini suasana salat tarwih di masjid," ucapnya.
Shiddiq pun memastikan tahun ini bakal berlebaran di Mesir, tak akan mudik ke tanah air. Ini sekaligus lebaran Idul Fitri pertama tanpa orang tua, juga keluarga. (har/red)