Dr. Syamsul Rahman, S.TP, M.Si
(Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar)
ERA teknologi digital saat ini, yang digadang masuk dalam masa akhir zaman menjadi ujian tersendiri bagi penggunanya. Di balik banyaknya manfaat teknologi yang mempermudah segala urusan manusia, banyak pula efek negatif yang ditimbulkan, terlebih lagi pengguna yang tidak bertanggung jawab. Salah satu dari kecanggihan teknologi yang banyak diguanakan saat ini adalah media sosial. Media daring yang penggunaannya dapat dengan mudah berpartisipasi dan berbagi segala hal menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan modern. Bisa dikatakan, hidup tanpa media sosial ibarat makan sayur tanpa garam.
Nah, bagaimana langkah bijak agar penggunaan media sosial tidak menimbulkan efek negatif, seperti menyebarkan fitnah dan hoax bagi kehidupan pribadi, sosial, dan politik terutama di saat bulan ramadan. Bulan ramadan merupakan waktu bagi setiap umat muslim untuk membina dirinya melalui amalan, perbaikan sikap dan menjauhkan diri dari hal-hal yang negatif. Ibadah puasa juga waktu pengujian kesabaran seseorang dalam menjaga ucapan dan tindakannya. Banyak hal-hal sepele yang terlontar melalui ucapan baik langsung atau lewat media sosial yang dapat merusak ibadah puasa tanpa kita sadari.
Sadar atau tidak, saat ini pengguna media sosial tidak hanya konsumen informasi. Pengguna media sosial saat ini sudah menjadi produsen informasi yang tidak hanya bisa dilihat oleh orang Indonesia saja, namun seluruh pengguna internet di seluruh dunia. Kedua fungsi pengguna media sosial ini bisa jadi tantangan khususnya di bulan ramadan. Apalagi bulan ramadan 1440 H ini datang tepat setelah terjadi pertarungan panas di media sosial terkait Pilpres 2019. Menurut Santoso (2017) sudah selayaknya sebagai kaum muslim lebih bijak dalam menanggapi provokasi-provokasi yang dilakukan di media sosial.
Bijak dalam Bermedia Sosial
Menurut Santoso (2017) berbagai hal yang bisa jadi acuan untuk bijak dalam menggunakan media sosial di bualan ramadan. Pertama, hati-hati saat membagikan informasi. Aktivitas yang sering dilakukan di media sosial adalah berbagi informasi. Membagikan informasi sah-sah saja asalkan informasi yang kita bagikan jelas sumbernyadan bisa dipertanggung jawabkan.
Kedua, manfaatkan media sosial untuk kebaikan. Media sosial sebenarnya punya banyak manfaat khususnya dalam melakukan dakwah. Banyaknya umat Islam yang menggunakan media sosial bisa jadi ladang dakwah yang sangat efektif dan efisien. Apalagi dengan berkurangnya penguasaan informasi oleh media mainstream di era digital, jalan dakwah di media sosial memiliki peluang yang sangat besar. Berdakwah melalui media sosial bisa dimulai dengan memperbanyak postingan bermanfaat selama bulan ramadan, seperti kutipan ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadist dan sunnah Nabi SAW.
Ketiga, ingat waktu saat bermedia sosial. Menggunakan media sosial tak bisa dipungkiri dapat menyita waktu. Banyak orang menggunakan media sosial mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Berlebihan menggunakan media sosial bisa membuat banyak hal terabaikan seperti membaca Al-Qur’an dan sebagainya. Oleh karena itu, jangan sampai berlebihan dalam menggunakan media sosial. Gunakanlah media sosial secara wajar dan jangan sampai mengganggu ibadah kita saat di bulan ramadan. Di bulan ramadan ini sebaiknya kita mengurangi menggunakan media sosial dengan lebih banyak membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an sesungguhnya merupakan media sosial kita kepada Allah.
Menimbang Manfaat dan Mudhorat
Berselanjar di media sosial menghabiskan banyak waktu, apalagi jika seseorang memiliki beberapa akun medsos, bergabung di beberapa grup, dan memiliki ratusan bahkan ribuan follower. Walaupun keaktifan kita di dunia maya untuk kebaikan, tetap saja kita harus mengatur jadwal agar kehidupan kita di dunia nyata tidak terbengkalai. Berapa banyak orang saat ini yang mengatakan tidak punya waktu untuk bersilaturahim, mengunjungi teman yang sakit, atau menghadiri undangan dengan alasan tidak ada waktu, namun memiliki waktu untuk menscroll-scroll hapenya, meng-update status, dan mengomentari status orang lain di media sosial.
Selain itu, kita harus selektif sebelum bergabung di grup-grup media sosial. Jika grup-grup tersebut hanya berisi nostalgia, komentar-komentar tidak produktif, ghibah dan segala hal yang tidak bermanfaat, sebaiknya kita keluar dan menghapus grup tersebut. Begitu juga kita harus selektif menerima dan membagi ulang berita yang kita terima, benar salahnya. Berapa banyak kita mendapatkan informasi retaknya rumah tangga yang berawal dari pertemuan-pertemuan di medsos? Berapa banyak kedengkian akibat berita hoax yang bisa merusak ukhuwah. (*)