Bangkai ikan di tambak warga Polman (Asrianto/masalembo.com)
Belum diketahui apa penyebab ribuan ikan tersebut mati. Bangkai ikan ini mengapung di pinggir tambak.
Selain mengganggu aktivitas warga sekitar, hal ini juga mempengaruhi suasana belajar di sekolah SDN 002 Polewali yang lokasinya berada di depan tambak tersebut.
Terlihat guru dan murid kesulitan melangsungkan proses belajar mengajar akibat bau tak sedap menyengat yang bersumber dari salah satu tambak milik warga itu.
Saat angin bertiup kencang apalagi dengan kondisi cuaca panas, bau tak sedap akan semakin menyengat. Bahkan tak hanya mengganggu proses belajar mengajar murid dan guru, tetapi juga aktifitas warga di daerah ini.
Guru dan murid yang bertahan di kelas, terpaksa menutup hidung menggunakan kedua tangan, kain ataupun buku untuk mengurangi aroma tidak sedap yang sangat mengganggu. Sementara lainnya terlihat keluar masuk ruang kelas, lantaran merasa mual mencium bau bangkai ikan tambak.
"Baunya sangat mengganggu, merusak konsentrasi belajar, lebih baik ke luar ruangan, daripada bertahan dalam kelas rasanya mau mabuk, apalagi cuaca sangat panas," ujar Ikbal, salah satu murid kelas VI.
Salah seorang guru, Musdar mengaku, bau busuk tersebut bersumber dari bangkai ribuan ikan mujair dalam tambak yang mengambang setelah diracun oleh pemiliknya.
“Ikannya diduga sengaja diracun oleh pemilik tambak, karena dianggap menjadi parasit bagi ikan jenis lainnya, cuman sayang karena setelah mengambang, ikan yang mati tidak dikumpulkan untuk dibuang malah dibiarkan begitu saja," ungkapnya.
Kondisi seperti ini telah berulang kali terjadi, khususnya saat ikan dalam tambak selesai dipanen. "Sudah sangat sering, biasanya tiga bulan sekali, bau busuknya juga bisa berlangsung selama empat hari. Ini sangat mengganggu jalannya proses belajar mengajar apalagi di sekolah tidak menyediakan masker," sambung Musdar.
Sementara itu, salah seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya berharap, pemerintah setempat tidak tinggal diam, dan memberikan teguran serius pada pemilik tambak agar kondisi tidak berulang kali terjadi.
Kepala Kelurahan Polewali Stephanhus bersama Babinkantibmas dan Babinsa setempat telah meninjau tambak dan berupaya bertemu pemiliknya.
"Kamarin kami sudah lihat dan berusaha bertemu pemilik tambak, tapi yang bersangkutan tidak ada. Rencana hari ini kami akan kembali temui," jelas Stephanus.
Stephanus berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dan berharap pemilik tambak menemukan solusi atau cara lain tuk menguras dan mengeringkan tambaknya dgn tidak meracun "hama" ikan mujair yang berdampak pencemaran udara dan pencemaran lingkungan sekitar.
Kepala Bidang Perikanan Ahmad belum bisa memastikan penyebab ikan mati. Ia mengatakan, pihaknya baru akan meninjau dan mengambil sampel ikan tersebut untuk diuji di laboratorium.
"Nanti kami tinjau dulu, hasilnya kami akan uji dan sampaikan apa penyebab ikan tersebut mati," kata dia.
Sementara itu, Nini, dari Bidang
Analis dan Mutu Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Polman yang di konfirmasi mengatakan akan meninjau lokasi tambak untuk mengetahui penyebab ikan mati apakah air tambakmya mengandung zat-zat kimia yang menjadi penyebab ikan tersebut mati.
"Kami akan ambil sampel airnya karena penyebab ikan mati ini kan dari airnya," pungkas Nini. (ant/har)