Andi Ruskati Ali Baal Masdar (dok: Kominfo Sulbar)
MAMUJU, MASALEMBO.COM - Caleg DPR RI daerah pemlihan Sulawesi Barat Andi Ruskati Ali Baal memiliki tingkat keterpilihan (elektabitas) tertinggi berdasarkan hasil survey organisasi Y-Publica. Ruskati meraih 16,3 persen mengungguli caleg lainnya di dapil Sulbar.
Seperti dimuat Gatra.com, caleg petahana partai Gerindra ini mengungguli Anwar Adnan Saleh yang meraih 11,5 persen dan juga mantan anggota DPR RI Salim S Mengga yang meraih 8,4 persen. Sementara, caleg petahana lainnya Ibnu Munzir meraih 10,2 persen, Afzal Mahfuz 5,6 persen. Sedangkan pendatang baru Muhammad Asri Anas meraih 3,1 persen unggul atas Ketua DPD Demokrat Sulbar Suhardi Duka yang hanya meraih elektabilitas 2,8 persen.
Dalam keterangannya dikutip Gatra.com, Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono mengatakan, Sulawesi Barat masih kental dengan dinasti politik, hal ini membuat caleg pendatang baru sulit meraih elektabilitas tinggi.
"Lingkaran dinasti politik sangat kental, berputar-putar dalam perebutan kekuasaan lokal dan akses ke pusat," ucap Rudi.
Rudi mengatakan, caleg-caleg pendatang baru dipastikan sulit meraih kursi di dapil Sulbar, politik dinasti mulai dari istri, suami, anak serta hubungan kekrabatan lainnya yang bertarung di pileg 2019 membuat caleg pendatang baru bakal tersisih.
"Caleg pendatang baru dari PSI Tri Fida Suryati misalnya, harus puas mendapat elektabilitas 1,6%. "Bisa dipastikan parpol baru tidak mendapat tempat di dapil Sulbar, meskipun ada 25,6% pemilih yang belum menentukan pilihan,” pungkas Rudi.
Senada dengan Rudi, pengamat politik dari STAI DDI Majene Muhammad Irfan Ulman mengatakan, pengaruh dinasti politik di Sulbar memang sangat kental. Kendati demikian Irfan menilai kelompok pendatang baru bukan berarti tak punya ruang meraih elektabilitas tinggi. "Saya kira yang pendatang baru masih punya peluang, tetapi harus keluar dari ruang yang mendukung dinasti politik," ucap Bung Irfan, sapaan akrab Muhammad Irfan.
Irfan menjelaskan, dinasti politik yang banyak terjadi di daerah dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya faktor kultural, ketokohan, termasuk keagamaan. "Tarulah misalnya Andi Ruskati, selain karena kekuasaan dimana beliau istri gubernur, saya kira juga karena ada variabel kultural yang sulit dipisahkan," ucap alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.
Pengampuh mata kuliah Sosiologi Politik STAI DDI Majene ini menjelaskan, variabel kultural ini semakin menguatkan dinasti politik yang menggulkan Andi Ruskati, sementara Anwar Adnan Saleh didukung oleh ketokohannya sebagai mantan gubernur Sulbar. "Jadi kalau pendatang baru mau angkat elektabilitas gak bisa lagi main di dua variabel ini," ucap Irfan.
Irfan mengatakan, para pendatang baru untuk dapat meningkatkan elektabilitas harus bekerja keras merebut hati pemilih di luar basis yang sudah diisi petahana. "Misalnya di basis pemilih milenial, saya kira ini adalah ruang bagi pendatang baru yang di luar dari basis kultural dan ketokohan yang saya sebut tadi," tutup Irfan.
Untuk diketahui, survei Y-Publica dilakukan pada 21-30 Januari 2019 di dapil Sulawesi Barat yang mendapat alokasi 4 kursi, terhadap 800 sampel yang mewakili tiap kecamatan. Sampel dipilih secara acak bertingkat, dengan margin of error 3,5% pada tingkat kepercayaan 95%. (har/red).