Tampak Dilham, proktor di MA DDI Taukong, Kecamatan Ulumanda, Majene. Ia mengangkut CPU ke tengah hutan untuk sinkronisasi jaringan UNBK (Foto: Hand Over/Dilham)
MAMUJU, MASALEMBO.COM - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2019 yang sukses dilaksanakan di 91 sekolah Madrasah Aliyah (MA) di Sulawesi Barat.
Kepala Seksi Kurikulum dan Evaluasi Bidang Madrasah Kantor Wilayah Kemenag Sulbar H. Andi Syahrul mengatakan, jajaran Bidang Madrasah khususnya Seksi Kurikulum dan Evaluasi Kanwil Kemenag Sulbar berterima kasih kepada seluruh Kepala Madrasah, Proktor dan Teknisi yang begitu antusias menyukseskan semua jenis-jenis ujian madrasah, khususnya yang berbasis komputer atau UNBK.
"Memang setiap pelaksanaan ujian berbasis komputer pada awalnya sebelum ujian dilaksanakan terlebih dahulu proktor (melakukan sinkronkronisasi koneksi jaringan dengan server pusat) dan hal ini memang membutuhkan jaringan internet," kata Andi Syahrul, Sabtu (30/3/2019) menanggapi perjuangan, Dilham, Proktor asal MA DDI Taukong, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene yang melakukan sinkronisasi jaringan di tengah hutan.
Baca: Demi UNBK, Dilham Rela Bawa CPU ke Tengah Hutan
Andi Syahrul bahkan berjanji, akan menyampaikan kisah perjuangan Dilham, pegawai suka rela yang berjuang mengangkut CPU dan selver komputer ke tengah hutan demi menyukseskan UNBK.
"Walaupun mereka berada di atas pegunungan, mereka tidak mau kalah dan membuktikan bahwa mereka juga bisa melaksanakan ujian berbasis komputer. Mereka memang para proktor dan teknisi di madrasah yang non PNS, insya Allah nanti kami komunikasikan dengan pimpinan," kata Syahrul, saat ditanya peluang Dilham direkrut jadi pegawai tetap di MA DDI Taukong atau di instansi dibawah naungan Kementerian Agama RI lainnya.
Sementara itu, Kasubag Informasi dan Hubungan Masyarakat Kanwil Kemenag Sulbar, H. M. Sahlan menjelaskan, dalam POS Ujian Nasional Tahun 2018/2019 disebutkan bahwa model pelaksanaan ujian memang ada dua, yakni Berbasis Komputer (BK) dan Kertas Pensil (KP).
"Penetapannya tetap diserahkan ke masing-masing madrasah untuk menentukan kesiapannya. Hal itu pula yang dilakukan di Kemenag Majene," ungkap Sahlan.
Untuk kasus di MA DDI Taukong, lanjut Sahlan, pihaknya tidak menemukan masalah karena proses sinkronnya bisa di luar sekolah.
"Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, hanya memang untuk memperoleh jaringan yang baik di daerah pegunungan harus mencari posisi yang tepat," ujar Sahlan melalui sambungan Whatsap, Sabtu sore.
Ia menjelaskan, di tahun-tahun sebelumnya, pihak MA DDI Taukong sangat kesulitan memobilisasi siswanya turun gunung ke Malunda untuk melaksanakan ujian khususnya yang berbasis komputer. "Dan karena atas dasar inilah kami menyampaikan ke Kasi Penmad di Kabupaten Majene untuk berkoordinasi ke Dinas Propinsi Sulawesi Barat dalam rangka memberikan dispensasi dengan model jaringan blink spot (model jaringan yang diberikan kepada penyelenggara ujian yang daerahnya atau madrasahnya tidak memiliki jaringan internet)," pungkasnya.
Untuk diketahui, tahun untuk tingkat Madrasah Aliyah (MA), pelaksana ujian yang berjumlah 91 untuk Kementerian Agama Propinsi Sulawesi Barat 100 persen berbasis komputer.
Sahlan mengatakan, pemanfaatan jaringan internet dalam setiap pelaksanaan segala bentuk ujian di madrasah di Sulawesi Barat adalah sebuah keniscayaan. "Makanya tahun ini kami sudah 100 perssn berbasis komputer, dan alhmdulillah semuanya direspon dengan baik oleh segenap stakeholder di madrasah," katanya.
Walaupun membutuhkan perjuangan dengan kondisi sarpras yang kurang memadai, lanjut Sahlan, namun pihak madrasah khususnya madrasah yang berada di atas pegunungan memiliki semangat yang luar biasa. "Mereka juga bisa ujian berbasis komputer sama dengan saudara-saudara mereka yang berada di kota," pungkas Sahlan. (har/red)