Murid PAUD Tunas Bangsa Simboro Pantai sedang belajar dan bermain (Awal S/masalembo.com)
MAMUJU, MASALEMBO.COM - Ibarat ungkapan hidup segan mati tak mau, seperti itulah kondisi sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bangsa di lingkungan Simboro Pantai, Kelurahan Simboro, Kabupaten Mamuju. Kondisinya sungguh memprihatinkan, jauh dari sarana fasilitas.
Sebenarnya, gedung sekolah ini tak seberapa besar, panjangnya hanya 8 meter sedang lebar cuma 3 meter saja. Cukup tanggung, dengan jumlah murid hanya 10 anak.
Di sekolah tersebut 10 anak-anak usia dini tetap belajar, meski dengan media pembelajaran seadanya. PAUD Tunas Bangsa ini merupakan satu-satunya sekolah anak usia dini di lingkungan Simboro Pantai, Mamuju.
Jika bicara soal fasilitas, jangan bayangkan akan seperti sekolah PAUD pada umumnya di daerah ini. Di sini tak ada fasilitas permainan anak seperti seluncuran, tangga-tangga, putar-putar dan alat peraga mainan lainnya yang bisa menjadi alat bantu merangsang otak anak yang masih dalam perkembangan.
Kegiatan belajar anak-anak pun jadi banyak tersendat, mereka hanya bisa menggunakan balok yang dipotong dengan ukuran kecil-kecil untuk mainan dan belajar. Terkadang, orang tua anak-anak ada rasa khawatir. Ini jikalau anak-anak saling berebut, lempar dan saling pukul dengan balok-balok.
"Kita selalu was-was karena usia mereka masih anak-anak belum mengerti bahaya," ungkap
salah satu orang tua murid, Fadilah Umrah.
Hal sama juga dikhawatirkan Elfina, orang tua murid. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membantu sekolah ini.
Sementara, guru di sekolah PAUD ini, Syamsiah mengatakan, sekolah ini berdiri sejak 2005 dengan nomor SK 421.9/015/SKB/I/TU/2005. Sekolah di bawah binaan kantor UPTD/SKB Kabupaten Mamuju.
Syamsiah menceritakan, dirinya mengajar sejak tahun 2010. Ia dibantu satu orang guru bernama Kartini. Kartini justru lebih duluan mengabdi. Mereka berdua hanya sukarela. Sudah puluhan tahun mengabdi status guru sukarela tak pernah berubah dari keduanya. Mereka hanya berbekal ikhlas mengajar walau tanpa digaji.
"Sejak dulu saya mengajukan diri untuk berhenti, namun saya tidak tega melihat anak-anak di sini (Simboro Pantai) tidak sekolah," kata Syamsiah, ditemui, Senin (18/2/2019) di sekolah PAUD tersebut.
Syamsiah mengaku kasihan dengan orang tua yang punya anak jika sekolah ini ditutup. "Mereka jauh-jauh membawa anaknya dari jarak yang cukup bahkan dari sekitar 2 kilometer," ungkapnya
Untuk membeli keperluan di sekolah, seperti kertas, spidol dan kebutuhan lainnya, terpaksa ia mengaku memungut biaya dari orang tua siswa sebesar Rp20 ribu perbulan. Para orang tua murid pun tak keberatan dengan itu. Mereka tak masalah justru senang agar sekolah ini tetap hidup dan anak-anak mereka tetap belajar dan bermain.
"Iya inilah kondisinya, beginilah kenyatannya," kata Syamsiah tak dapat menyembunyikan rasa prihatin dari matanya.
Dia pun hanya bisa berharap, ada perhatian pemerintah untuk membantu sekolah PAUD satu-satunya di Simboro Pantai.
Terpisah, Pengawas Sekolah PAUD kantor SKB Mamuju, Musinem mengungkap, gedung PAUD Tunas Bangsa Simboro Pantai ternyata berada di lokasi pinjaman milik SD Inpres Simboro. Sehingga ketika dulu ada bantuan sarana belajar dan bermain, murid SD Inpres Simboro justru lebih banyak jadi pemakai. Alhasil alat-alat mainan tersebut semuanya sudah rusak.
Selain itu, Musinem juga mengaku untuk anggaran tahun ini di bawah pengawasan SKB sudah tidak ada. Alasannya sudah ada sekolah yang masuk daftar penerima. (awl/har)