Suasana gotong royong warga dusun Nekke Mamasa (Frendy Cristian/masalembo.com)
MAMASA, MASALEMBO.COM - Tradisi atau kebisaan gotong royong tampaknya masih terpelihara utuh sebagaian masyarakat di pengunungan Sulawesi Barat atau tepatnya di Kabupaten Mamasa. Walau di tempat lain, utamanya di kota-kota, kini tampak hanya mampu menawarkan realitas hidup indivudialis (perseorangan) tanpa kepekaan atas kebersamaan.
Bagi warga Mamasa kebiasaan gotong royong ini masih kuat dan menyata di masyarakat, seakan telah menjadi sikap hidup yang sudah melekat di batiniah khsusnya penduduk yang berada di dataran tinggi lembah Quarles yang berhawa dingin itu.
Salah satu yang sikap gotong royong warga Mamasa diperlihatkan oleh puluhan hingga ratusan warga di Dusun Nekke, Desa Taupe, Kecamatan Mamasa.
Selasa pagi (6/2/2018) warga di Dusun itu mulai dari remaja, pemuda hingga dewasa saling bahu-membahu, mengangkat material batu dan pasir dari salah satu sungai yang dekat dengan pemukiman. Material batu dan pasir itu untuk pembagunan gedung gereja mereka yang rusak empan pekan lalu akibat guncangan gempa.
Menariknya, dalam kegiatan gotong royong itu bukan hanya kaum pria yang ikut mengangkat batu dan pasir, tetapi sejumlah perempuanpun tampak turut ambil bagian di dalam kegiatan gotong royong yang dalam pengakuan mereka itu, adalah kebisaan yang telah lazim mereka lakukan.
“Bagi kami sikap gotong royong itu telah ikut membangun keadaban sosial . Dan itu telah melekat baik sejak dulu hingga kini. Sebuah rekatan hubungan persaudaraan antar sesama yang begitu kuat,” tutur Yohanis, Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat Nekke kepada masalembo.com, Selasa siang.
Lanjut ia bercerita hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dalam satu kampung, sudah menjadi warisan dari leluhur mereka, dan dipelihara generasi hingga kini.
“Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan masih terjaga, misalnya jika ada salah satu warga yang mengalami dukacita, maka semua warga kampung turut merasakannya. Dan mereka akan berkumpul di rumah duka secara bersama-sama untuk membagi duka bagi keluarga yang mengalami dukacita itu,” ucap Yohanis.
Bagi masyarakat Mamasa, ditengarai, sikap gotong royong itu telah ikut membangun keadaban sosial mereka. Dan itu telah melekat baik sejak dulu hingga kini. Sebuah rekatan hubungan persaudaraan antar sesama yang akut pula lengket.
Khusus pembagunan gereja di jemaat itu hingga saat ini masih terus membutukan uluran tangan dari setiap darmawan yang ingin berkontribusi. Pihak gereja membuka link donasi di https://m.kitabisa.com/gedunggererja. (frd/har)