Jembatan Tedong Tedong Mamasa (Foto: Frendy Cristian/masalembo.com)
MAMASA, MASALEMBO.COM - Pekerjaan jembatan Tedong Tedong di Jalan Poros Mamasa-Tabang, Kelurahan Mamasa, Kabupaten Mamasa, menjadi sorotan mahasiswa. Proyek ini dikerjakan tahun 2015 lalu.
Jembatan tersebut disorot Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA) saat menggelar aksi, Jumat (15/2/2019). Mahasiswa menilai pembangunan jembatan itu dikerja asal-asalan karena hingga kini belum maksimal.
Sebelumnya, jembatan Tedong Tedong memang terbuat dari beton, namun roboh akibat terjangan banjir. Peristiwa itu terjadi 2015 tak lama usai jembatan dibangun.
Pemerintah Kabupaten Mamasa kemudian mendapat bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat. Anggaran yang dikucurkan sekitar Rp 1 miliar lebih. Itu untuk perbaikan jembatan yang roboh diterjang banjir.
Namun menurut mahasiswa, anggaran yang masuk digunakan tidak maksimal, buktinya hingga saat ini kondisi jembatan Tedong Tedong hanya bersifat darut. Dindingnya memang terbuat dari baja tapi, badan jembatan hanya dari kayu.
"Kan lucu, sebanyak itu anggarannya tetapi yang jadi jembatan darurat. Ini yang seharus dikaji oleh BPK sehingga kita minta agar kasus ini segera diaudit," tutur Aldi, salah seorang mahasiswa yang ikut menggelar aksi, Jumat.
Aktivis LMND Cabang Mamasa ini menduga, ada ketimpangan di dalam pengelolaan anggaran. Semestinya kata dia, yang dibangun bukan jembatan darurat, tetapi jembatan yang sifatnya permanen.
Wakil Bupati Mamasa Marthinus Tiranda terkait ini mengatakan, sejak 4 tahun lalu jembatan tersebut dibanguan namun nasibnya betul masih menuai keprihatinan bersama.
"Sampai saat ini jembatan itu belum tergantikan atau belum dibangun yang baru karena dana APBD sangat terbatas," ucap Marthinus.
Meski begitu pemabangunan jembatan Tedong Tedong lanjut Marthinus, sudah menjadi program pemerintah daerah. "Saya dan pak Bupati sudah masukkan itu dalam program ke depan," katanya.
Untuk diketahui, jembatan ini merupakan akses yang menghubungkan antara Kelurahan Mamasa dan tiga desa. Yaitu, Desa Buntu Buda, Desa Tondok Bakaru dan Desa Mambulilling. Jembatan ini sekaligus menjadi salah satu akses menuju rumah sakit Banua Mamase, rumah sakit swasata di Kampung Baru, Desa Buntu Buda.
Sejak dibangun hingga saat ini, jembatan tersebut cukup banyak menuai sorotan. Pasalnya jembatan yang sebelumnya konstruksi bangunannya beton, lalu dibangun kembali menggunakan anggaran lebih dari Rp1 miiar menggantikan jembatan sebelumnya hanya berlantai kayu. (frd/har)