Daud sedang mendorong sampah ke bak penampungan sementara sebelum diangkut truk (Awal S/masalembo.com)
MAMUJU, MASALEMBO.COM - Pria berusia 43 ini bernama Daud. Setiap malam hingga dini hari ia akan mudah kita temui di kawasan terminal Pasar Baru Kabupaten Mamuju, Sulbar. Pria malam itu tak lain adalah petugas pungut sampah.
***
Malam itu detik-detik pergantian tahun. Suasana langit bumi Manakarra terasa adem. Tak panas, tapi juga tidak dingin.
Jika biasanya, tahun-tahun sebelumnya, ratusan atau mungkin ribuan petasan dinyalakan, kali ini tak seperti dulu lagi. Entah benar-benar warga sudah sadar bahwa petasan di malam tahun baru tak membawa manfaat atau bagaimana. Yang pasti pergantian tahun kali ini begitu berbeda. Apalagi di pusat keramaian di pantai Manakarra yang tahun lalu jadi pusat petasan dan 'kembang api', kini telah berubah jadi lautan jamaah dzikir. Mereka melantungkan puji-pujian, berharap tahun 2019 lebih berberkah. Sedang di rumah-rumah warga dalam kota, ada banyak cara orang-orang menyambut tahun baru.
Sementara, di sudut selatan kota sana, di terminal Pasar Baru Mamuju, sesosok pria Daud tak melakukan apapun. Ia tak menikmati momen pergantian tahun dengan cara orang-orang kebanyakan itu. Ia tak punya cara apapun melepas 2018 kecuali hanya sibuk dengan aktifitasnya memunguti sampah.
Sebagai petugas kebersihan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Mamuju, membersihkan sampah di wilayah terminal memang adalah aktifitas keseharian Daud. Tapi jangan heran, karena dia tak akan pernah muncul di siang hari, justru di malam harilah Daus aktif laiknya mahluk nokturnal yang hanya bisa beraktifitas di malam hari.
Saat wartawan masalembo.com menghampiri, pria kurus itu tampak tersenyum menyambut. Sambil memunguti sampah-sampah, bekerja menjalankan tanggungjawabnya sebagai petugas kebersihan.
"Banyak teman-teman kebersihan tetapi mereka juga punya rute masing-masing," ujarnya kepada awak media ini, Selasa (1/1) dini hari.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 02.40 Wita. Di sepertiga malam itu Daud tak mengurung niat bekerja. Ia mengaku harus berburu waktu agar semua sampah beres sebelum truk datang di waktu subuh.
"Kalau terlambat maka sampah tak dimuat, jadinya menumpuk nanti," katanya mengaku khawatir jika sampah menumpuk.
Pria ini mengaku telah memungut sampah sejak 2008. Ia amat bersyukur sebab kini telah diupah Rp1.030.000 per bulan usai statusnya naik jadi pegawai kontak daerah.
Daud juga mengaku tak ingin membuat kecewa pemerintah yang memberi upah tiap bulan. Apalagi kata dia, Bupati Mamuju H Habsi Wahid terus menggalakan program Mamuju Mapaccing yang tujuannya agar daerah ini terlihat bersih, indah, jauh dari sampah.
Warga Desa Saletto, Kelurahan Simboro ini juga bercerita, selain bekerja sebagai petugas kebersihan, dirinya tetap memilih jadi petani untuk menambah biaya kebutuhan keluarga. Ia mengaku tak banyak yang bisa ia lakukan karena hanya lulusan SMP.
Jika dirinya tak bisa bekerja memungut sampah karena sakit misalnya, maka ia meminta keluarganya untuk mengganti sementara. Wah, disiplin kerja pak Daud cukup tinggi ternyata.
Meski gaji tak cukup banyak, namun Daud sangat bersyukur dan ikhlas menjalankan pekerjaannya sebagai petugas kebersihan.
Nah, mungkin Anda warga Mamuju, kadang tanpa sadar membuang sampah tidak pada tempatnya? Semoga kisah Daud bisa membuka mata bahwa ada orang-orang yang bekerja keras di balik tindakan kita yang seenaknya membuang sampah sembarangan.
Terima kasih Pak Daud, walau manusia dengan lelapnya tertidur namun masih ada yang terus bekerja memunguti dan membuang sampah yang berserakan itu. (awl/har)