Ibu Rabiana dan putranya Aprianto (Foto: Asrianto/masalembo.com)
POLEWALI, MASALEMBO.COM - Kisah memprihatinkan dialami Rabiana (45 tahun), warga Desa Riso, Kecatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Wanita ini menderita tumor ganas di kepalanya. Sejak beberapa tahun terakhir ia hanya terbaring lemah di rumah miliknya.
Awalnya, penyakit tumor ini muncul berupa benjolan kecil setelah terbentur pada kayu. Namun semakin hari bentuknya semakin membesar hingga sebesar bola tennis.
“Sudah empat tahun, awalnya terbentur, awalnya cuman benjolan, lama ke lamaan seperti ini, sehari-hari dirawat anak saya, berdua masih kecil,” kata Rabiana.
Sejak sakit, ia belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Sudah beberapa kali ia berobat ke Makassar namun karena kankernya sudah masuk stadium 4, makanya dokter mengaku sudah tidak bisa melakukamn operasi karen bisa membahayakan jiwanya.
Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, janda miskin ini harus bertahan hidup dalam perawatan dua anaknya yang masih berusia belia.
Keduanya adalah Aprianto (13 tahun) dan Reski Aditya (8 tahun). Rabiana sebenarnya masih memiliki anak lain yang sudah dewasa, namun keduanya telah berkeluarga dan menetap di tempat lain.
Aprianto sudah setahun memilih berhenti sekolah dari bangku SMP demi merawat sang ibu tercinta. Dia rela menghabiskan masa kecilnya untuk memikul beban dan mengambil alih peran dalam keluarga.
Tidak hanya untuk sekedar mengurus keperluan rumah tangga, seperti masak dan mencuci, Aprianto juga menjadi satu-satunya tumpuan harapan Rabiana saat hendak makan ataupun buang kotoran.
Ketika sang ibu bisa sedikit menahan rasa sakitnya, sesekali Aprianto ikut bersama warga untuk mengumpulkan buah kakao di kebun ataupun mencari kayu bakar di hutan.
“Walau hasilnya sedikit, 10 sampai 20 ribu rupiah, paling tidak bisa membantu untuk beli ikan di rumah,“ kata Aprianto lirih.
Walau mengurus rumah, mencari nafkah hingga merawat sang ibu bukan pekerjaan yang mudah dilakukan Aprianto seorang diri, diakui hal tersebut tidak pernah membuatnya bersedih. Baginya, berusaha demi kesembuhan sang ibu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang anak yang sudah seharusnya berbakti kepada orang tua.
"Walau terasa berat, semuanya masih bisa dikerjakan, tidak apa-apa saya terus seperti ini, asalkan dapat terus berbakti sama orang tua," ujarnya, Rabu (4/12).
Selain harus merawat ibu dan mengurus keperluan rumah tangga, Aprianto tidak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak. Dikala senggang, Aprianto masih menyempatkan mendampingi adiknya untuk belajar yang saat ini baru duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.
“Biar saya saja yang putus sekolah, semoga adik saya bisa terus sekolah untuk menggapi cita-citanya," ungkapnya haru.
Disaat kondisi sang ibu sedikit membaik, tidak jarang Aprianto berbagi peran dengan adiknya yang bertugas menjaga sang ibu di rumah sepulang dari sekolah, lantaran harus bekerja mencari nafkah.
Walau memiliki dua saudara tua, Aprianto mengaku tidak menaruh harapan besar pada keduanya, lantaran mereka telah memiliki keluarga masing-masing. Kendati demikian kedunya masih biasa berkunjung sekedar melihat kondisi ibu, atapun memberikan sedikit uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Dengan usia yang masih belia, Aprianto berharap, Tuhan selalu memberikan kesehatan dan kekuatan agar dirinya dapat terus merawat sang ibu untuk mendapatkan kesembuhan dan membesarkan adiknya yang masih kecil demi menggapai cita-cita. (ant/har)