Soleman Sura, petani terong Belanda di Kecamatan Nosu, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulbar (Frendy Cristian/masalembo.com)
MAMASA, MASALEMBO.COM - Kecamatan Nosu adalah salah satu
kecamatan tertinggi di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Secara
geografis daerah ini berada di ketinggian sekitar 2.573 Mdpl.
Namun dibalik ketinggian Kecamatan Nosu menawarkan
sejuta pesona keindahan alam yang menakjubkan. Perbukitan yang menjulang tinggi
ke angkasa mengeliling perkampungan tradisional, serta hamparan sawah tampak
begitu memikat mata. Selain itu udara sejuk dengan dedaunan pohon rindang
serta hamparan awan di waktu pagi membuat kita merasakan sensasi bagaikan negeri
di atas awan.
Yang lebih menarik, masyarakat di daerah ini begitu ramah
meyambut setiap tetamu yang datang. Tak sungkan mereka silih berganti
menawarkan tamu untuk menginap di rumah mereka saat kita berkunjung.
Adapun jarak tempu ke Nosu dari kota kabupaten Mamasa, kita
bisa mengendai roda dua maupun roda empat. Sekitar 4 sampai 6 jam sampai ke
sana. Perjalanan akan melalui poros Polewali-Mamasa, kemudian Kecamatan
Sumarorong lalu belok kiri. Jalan menuju Nosu masih dipenuhi bebatuan
dengan kondisi yang cukup terjal sehingga harus serba hati-hati jika melewat
karena sisi kanan juga terdapat jurang yang cukup curam.
Tapi, dalam perjalan pastinya kita akan disunggukan
pemandangan alam indah yang tersaji dari hutan asli Mamasa. Sesekali pula harus
menerawang kabut yang kerap mengintari perjalan.
Keindahan alam di Nosu. Tampak perkampungan tradisional dikelilingi pegunungan dan awan. Daerah ini relatif masih sulit akses transportasi. (Frendy Cristian/masalembo.com)
Nosu
Penghasil Terong Belanda
Mayoritas penduduk Nosu berprofesi petani. Mereka lebih
banyak menanam terong Belanda atau yang lebih keren dikenal buah Tamarillo.
Bertani terong sudah menjadi aktifitas utama masyarakat
setempat dalam meningkatkan perekonomian mereka. Kebun terong milik
warga kebanyakan berada di lereng pengunugan jauh dari pemukiman. Lereng
pengunungan sengaja dipilih sebagai lahan perkebunan lantaran kondisi tanah
yang cukup subur sangat cocok bagi tanaman jangka pendek seperti terong.
Soleman Sura, salah satu petani terong sejak 5 tahun
lalu bercerita, dalam satu kali panen kebun miliknya 3 hektar mampu
menghasilkan 1 ton terong Belanda. Soleman mengaku telah mengisi lahannya 3.000
pohon terong per satu kali musim tanam.
Hasil panen terong milik Soleman kemudian dijual seharga Rp
4.000 per kilogram hingga keuntungan yang ia dapat bisa mencapai 4-6 juta
rupiah dalam sekali panen.
“Bertani terong memang menjanjikan, namun kesulitan soal
pemasaran, akibat kondisi jalan dari kebun menuju ke pasar masih rusak dan jauh,”
cerita Soleman Sura.
Hasil panen mereka terpaksa hanya dipasarkan kepada sejumlah
konsumen melalui pengiriman angkutan umum. Pemesanan tak hanya datang dari
Kabupaten Mamasa namun juga dari luar Mamasa seperti Toraja, Makassar dan
Mamuju.
Soleman berharap jalan yang rusak parah mulai dari perkampungan
menuju kebun yang meyulitkan bagi petani mengakut hasil panennya dapat
segera diperbaiki. Mereka berharap agar warga tani di Nosu dapat mengakses
pasar dengan mudah. (frd/har)