Atraksi parade ogoh-ogoh dalam rangka menyambut hari raya nyepi di halaman Kantor Bupati Mateng. (Foto: Humas Setda Pemkab Mateng) |
meriahkan penyambutan tahun baru saka 1940 atau hari raya Nyepi dengan parade ogoh-ogoh.
Atraksi ogoh-ogoh yang diarak di halaman kantor bupati baru, menyita perhatian ratusan warga Mateng. Patung raksasa Bhuta Kala diarak sekitar Jalan Tammauni Desa Tobadak Kecamatan Tobadak.
Asisten I Setda Kabupaten Mateng Ishaq Yunus menyampaikan sambutan pelaksanaan parade Ogoh-ogoh di depan kantor bupati. (Foto: Humas Setda Pemkab Mateng) |
"Ini bukan lomba, tetapi sekedar menampilkan kreasi generasi umat hindu yang transmigrasi dari Bali ke Mateng," kata Tatan, Minggu (11/3).
Parade tersebut terlaksana atas dukungan tokoh agama, tokoh adat dan pemerintah daerah. "Tanpa dukungan mereka kegiatan ini tak akan terlaksana," ungkapnya.
Ungkapan senada juga disampikan ketua panitia I Putu Agus. Kata dia, ogoh-ogoh terlaksana atas restu Pemkab Mateng dan tokoh agama. "Terimakasih banyak telah membantu kami," ucapnya.
Asisten bidang pemerintahan Ishaq Yunus mengatakan, ogoh-ogoh sudah menjadi salah satu budaya di Bumi Lalla Tassisara. "Ini harus dilestarikan sebagai warisan budaya anak cucu kita," pintanya.
Kata Ishak, di Mateng terdapat berbagai suku dan ras. Itu sebabnya kabupaten termuda di Sulbar ini dijuluki Indonesia mini. (jml/riz)