M Rusdi, penambang batu (Foto: Awal/masalembo.com) |
Menjadi seorang penambang batu walaupun terbilang cukup beresiko tak mematahkan semangat M Rusdi (53). Warga Desa Belang Belang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju ini setiap hari mempertaruhkan nyawa demi menafkahi keluarga.
Ketika wartawan menghampirinya, Senin (5/2) di tempatnya bekerja, ia mengaku pekerjaan sebagai penambang batu sudah dua tahun digeluti. Meski terbilang ekstrem karena sewaktu-waktu bisa saja longsor batu dari atas tebing yang mengancam keselamatannya, namun hal itu enggan mengurung niat Rusdi bekerja di tempat itu.
Padahal, harga batu hasil M Rusdi tidak seberapa. Setiap mengisi satu truk ia hanya menjual Rp 350 ribu. Harga itu belum bersih ia diterima. Rusdi masih mengeluarkan Rp 50 ribu kepada pemilik lahan. Jika menggunakan tenaga
buruh untuk menaikan batu keatas truk, ia harus menambah pengeluaran Rp 60 ribu lagi. "Jadi bersihnya saya terima Rp 240 ribu," ujarnya.
Sementara untuk mengumpulkan batu biasanya menghabiskan waktu 5 sampai 10 hari. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, M Rusdi terpaksa harus meminjam kepada tetangga dan membayarnya jika batu miliknya sudah laku.
"Terkadang untuk menambah penghasilan saya memancing di laut," ungkapnya.
Seorang rekannya, Darmin (40) pun mengaku terpaksa melakukan pekerjaan sebagai penambang batu walau di tempat tinggalnya ada perusahaan swasta PLTU dan pabrik semen. Namun karena terkendala dengan pendidikan dan skil ia tak bisa bekerja di tempat tersebut. (awl/har)